Kamar Berhantu dan Teman Sekamar Pemarah **
Kanaya terbangun dengan rasa pusing yang luar biasa. Cahaya matahari yang menyilaukan menerobos celah tirai, menandakan bahwa dia telah tertidur cukup lama. Dia mencoba mengingat kejadian terakhir sebelum tertidur, namun ingatannya terasa kabur. Yang dia ingat hanyalah rasa sakit yang luar biasa dan kemudian... kegelapan. "Kau sudah bangun?" Suara berat dan sedikit kasar mengagetkan Kanaya. Dia menoleh dan mendapati seorang gadis dengan rambut cokelat gelap dan mata tajam menatapnya dengan ekspresi tidak ramah. "Aku Riska, teman sekamarmu. Dan kau?" "Kanaya," jawab Kanaya gugup. "Aku... aku baru saja datang." Riska mendengus. "Kau beruntung aku tidak sedang sibuk. Kalau tidak, kau akan tidur di lorong." Kanaya terdiam. Dia tidak mengerti mengapa Riska bersikap begitu dingin padanya. Dia mencoba tersenyum, berharap bisa mencairkan suasana. "Aku harap kita bisa berteman," katanya. Riska mencibir. "Jangan berharap terlalu banyak. Aku tidak suka berteman dengan orang yang baru datang." Kanaya merasa sedikit tertekan. Dia tidak pernah bertemu orang seperti Riska sebelumnya. Namun, dia tidak mau menyerah begitu saja. Dia bertekad untuk mendapatkan kepercayaan Riska. "Aku tahu kau mungkin tidak suka aku," kata Kanaya. "Tapi aku ingin kita bisa saling membantu. Kita bisa belajar bersama, berbagi makanan, dan..." "Berhentilah bicara!" Riska memotong ucapan Kanaya. "Aku tidak butuh bantuanmu. Dan aku tidak suka berbagi makanan dengan orang yang baru kukenal." Kanaya terdiam. Dia merasa putus asa. Dia tidak tahu bagaimana cara mendekati Riska. Dia merasa seperti sedang berada di dalam kamar berhantu, dengan Riska sebagai hantu yang menakutkan. "Aku... aku akan mencoba untuk tidak mengganggumu," kata Kanaya pelan. Riska hanya mendengus dan berbalik, meninggalkan Kanaya sendirian di dalam kamar. Kanaya merasa sedih dan kesepian. Dia berharap dia bisa kembali ke dunia sebelumnya, di mana dia memiliki teman-teman yang baik dan keluarga yang mencintainya. Namun, dia tahu bahwa dia harus beradaptasi dengan kehidupan barunya. Dia harus belajar untuk hidup di dunia sihir ini, dan dia harus belajar untuk bergaul dengan Riska, teman sekamarnya yang pemarah. Kanaya menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk berpikir positif. Dia yakin bahwa dia bisa mendapatkan kepercayaan Riska. Dia hanya perlu bersabar dan terus berusaha. Dia percaya bahwa persahabatan bisa tumbuh di antara mereka, meskipun Riska tampak begitu dingin dan tidak ramah. Catatan:** Cerita ini menggambarkan awal pertemuan Kanaya dengan Riska, teman sekamarnya yang pemarah. Fokusnya adalah pada interaksi awal mereka dan bagaimana Kanaya mencoba untuk mendekati Riska meskipun sikapnya yang dingin. Cerita ini juga menyiratkan bahwa Kanaya memiliki masa lalu yang sulit dan dia berharap untuk menemukan persahabatan di dunia barunya.