Petualangan Si Kancil dan Sekam Padi
Si Kancil kecil, lincah dan penuh semangat, sedang bermain di sawah. Matahari bersinar hangat, angin sepoi-sepoi membawa aroma padi yang harum. Ia berlarian di antara rumpun padi yang menguning, menikmati kebebasan bermain. Tiba-tiba, ia melihat sesuatu yang menarik: sebuah gundukan sekam padi yang besar, berkilauan keemasan di bawah sinar matahari. Ia penasaran. Dengan langkah kecil dan hati berdebar, Kancil mendekati gundukan sekam. Ia menciumnya, merasa teksturnya yang lembut dan kering. Ia menggali sedikit, menemukan butiran-butiran padi yang masih tersisa. Bayangan kematian, atau "mati sikop sekam kidah yay" (yang mungkin diartikan sebagai kehilangan sesuatu yang berharga, seperti padi yang telah dipanen), tidak menakutkan Kancil. Sebaliknya, ia melihat sekam padi bukan sebagai simbol akhir, tetapi sebagai awal dari sesuatu yang baru. Sekam padi, meskipun padi di dalamnya telah diambil, masih memiliki nilai. Kancil membayangkan sekam ini bisa menjadi tempat bermain yang nyaman, atau bahkan bahan untuk membuat sarang yang hangat. Ia melihat potensi dan kesempatan, bukan hanya kehilangan. Pengalaman ini mengajarkan Kancil tentang pentingnya melihat sisi positif dari setiap situasi, bahkan ketika sesuatu yang berharga telah hilang. Ia belajar bahwa kehidupan terus berlanjut, dan selalu ada kesempatan baru untuk belajar dan tumbuh. Dari pengalaman ini, Kancil merasa lebih bijak dan lebih menghargai setiap momen dalam hidupnya. Ia tersenyum, merasakan kegembiraan dan rasa syukur yang dalam.