Kajian Tafsir Ayat 37 Surat Al-Fatir: Perspektif Ibnu Kathir dan Jalaluddin al-Suyuthi
Surat Al-Fatir ayat 37 merupakan salah satu ayat yang memiliki makna mendalam dalam Al-Qur'an. Ayat ini mengandung pesan penting tentang penyesalan orang-orang yang berada di neraka. Untuk memahami makna dan konteks ayat ini secara lebih komprehensif, kita akan mengkaji tafsir dari dua ulama terkemuka, yaitu Ibnu Kathir dan Jalaluddin al-Suyuthi. Melalui perspektif mereka, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pesan dan hikmah yang terkandung dalam ayat tersebut.
Teks dan Terjemahan Ayat 37 Surat Al-Fatir
Sebelum kita mendalami tafsir dari Ibnu Kathir dan Jalaluddin al-Suyuthi, mari kita lihat teks asli dan terjemahan dari ayat 37 Surat Al-Fatir:
"وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِن نَّصِيرٍ"
"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan amal saleh yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan." (Dikatakan kepada mereka), "Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan telah datang kepadamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun."
Tafsir Ibnu Kathir: Penyesalan yang Terlambat
Dalam tafsirnya, Ibnu Kathir menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan keadaan orang-orang yang berada di neraka. Mereka berteriak memohon kepada Allah untuk dikeluarkan dari neraka dan diberi kesempatan kedua untuk melakukan amal saleh. Ibnu Kathir menekankan bahwa penyesalan mereka sudah terlambat, karena kesempatan untuk berbuat baik hanya ada di dunia.
Ibnu Kathir juga menjelaskan bahwa Allah telah memberikan umur yang cukup panjang kepada manusia di dunia untuk berpikir dan mengambil pelajaran. Selain itu, Allah juga telah mengutus para rasul sebagai pemberi peringatan. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak beriman dan berbuat baik selama di dunia.
Jalaluddin al-Suyuthi: Pentingnya Memanfaatkan Waktu
Dalam tafsirnya, Jalaluddin al-Suyuthi menekankan pentingnya memanfaatkan waktu yang diberikan Allah di dunia. Ia menjelaskan bahwa ayat ini mengandung peringatan keras bagi mereka yang menyia-nyiakan umurnya dan tidak menggunakan kesempatan yang diberikan untuk berbuat kebaikan.
Al-Suyuthi juga menafsirkan bahwa frasa "memanjangkan umur" dalam ayat ini merujuk pada usia 40 tahun. Menurutnya, pada usia tersebut seseorang sudah cukup matang untuk berpikir dan memahami kebenaran. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak beriman dan berbuat baik.
Perbandingan Tafsir: Kesamaan dan Perbedaan
Ketika kita membandingkan tafsir Ibnu Kathir dan Jalaluddin al-Suyuthi, kita dapat melihat beberapa kesamaan dan perbedaan. Kedua ulama ini sepakat bahwa ayat 37 Surat Al-Fatir mengandung peringatan keras tentang pentingnya memanfaatkan kesempatan hidup di dunia untuk berbuat kebaikan.
Namun, ada sedikit perbedaan dalam penekanan. Ibnu Kathir lebih menekankan pada aspek penyesalan yang terlambat, sementara al-Suyuthi lebih fokus pada pentingnya memanfaatkan waktu yang diberikan Allah di dunia. Al-Suyuthi juga memberikan interpretasi spesifik tentang "memanjangkan umur" yang merujuk pada usia 40 tahun, sementara Ibnu Kathir tidak memberikan penjelasan spesifik tentang hal ini.
Hikmah dan Pelajaran dari Ayat 37 Surat Al-Fatir
Berdasarkan tafsir Ibnu Kathir dan Jalaluddin al-Suyuthi, kita dapat mengambil beberapa hikmah dan pelajaran penting dari ayat 37 Surat Al-Fatir:
1. Pentingnya memanfaatkan waktu hidup di dunia untuk berbuat kebaikan dan beramal saleh.
2. Penyesalan di akhirat tidak akan berguna, karena kesempatan untuk berbuat baik hanya ada di dunia.
3. Allah telah memberikan umur yang cukup dan mengutus para rasul sebagai peringatan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak beriman.
4. Usia 40 tahun dianggap sebagai usia kematangan berpikir, di mana seseorang seharusnya sudah dapat membedakan yang benar dan salah.
Kajian tafsir ayat 37 Surat Al-Fatir dari perspektif Ibnu Kathir dan Jalaluddin al-Suyuthi memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya memanfaatkan kesempatan hidup di dunia. Ayat ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa berbuat kebaikan dan beramal saleh selagi masih diberi kesempatan hidup di dunia. Penyesalan di akhirat tidak akan berguna, karena pintu taubat dan kesempatan berbuat baik telah tertutup. Oleh karena itu, marilah kita renungkan pesan ini dan jadikan sebagai motivasi untuk terus meningkatkan kualitas iman dan amal kita.