Demokrasi di Panggung **
Adegan 1: Tokoh: * Rina: Siswi SMA, aktif dalam kegiatan politik sekolah. * Budi: Siswa SMA, apatis terhadap politik. * Citra: Siswi SMA, bersemangat untuk belajar tentang demokrasi. * Pak Ahmad: Guru Sejarah, bersemangat dalam menyampaikan materi. * Ibu Dewi: Guru Bahasa Indonesia, bersemangat dalam menyampaikan materi. Setting: Ruang kelas SMA. (Adegan dimulai dengan Rina dan Budi sedang berdebat) Rina: Budi, kamu kok apatis banget sih sama politik? Masa bodo sama masa depan negara kita? Budi: Masa bodo? Aku cuma gak mau pusing mikirin hal-hal yang gak penting. Toh, suara aku cuma satu, gak bakal ngaruh. Citra: (Menyerobot) Eh, tunggu dulu! Suara kamu itu penting, Budi. Demokrasi itu kan tentang suara rakyat. Budi: Tapi, suara rakyat aja gak cukup. Yang penting kan pemimpinnya, yang punya kuasa. Pak Ahmad: (Masuk kelas) Kalian sedang membahas apa? Rina: Pak, kami sedang membahas tentang demokrasi. Pak Ahmad: Oh, bagus! Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada rakyat. Rakyat memiliki hak untuk memilih pemimpinnya, menyampaikan pendapat, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Budi: Tapi, Pak, banyak pemimpin yang korup. Apa gunanya demokrasi kalau pemimpinnya gak jujur? Pak Ahmad: Itulah mengapa kita harus terus berjuang untuk memperbaiki sistem demokrasi kita. Kita harus memilih pemimpin yang jujur dan bertanggung jawab. Kita juga harus aktif dalam mengawasi kinerja pemerintah. Ibu Dewi: (Masuk kelas) Benar sekali, Pak Ahmad. Demokrasi bukan hanya tentang memilih pemimpin, tapi juga tentang bagaimana kita berpartisipasi dalam membangun negara. Citra: (Bersemangat) Saya setuju, Bu. Kita harus belajar tentang hak dan kewajiban kita sebagai warga negara. Kita harus aktif dalam kegiatan politik, seperti berorganisasi, menyampaikan pendapat, dan memilih pemimpin. Budi: (Merenung) Hmm, mungkin kamu benar. Aku harus lebih peduli dengan politik. Rina: (Senyum) Baguslah, Budi. Kita harus bersama-sama membangun demokrasi yang lebih baik. (Adegan berakhir dengan semua siswa bersemangat untuk belajar tentang demokrasi) Adegan 2: (Adegan dimulai dengan Rina, Citra, dan Budi sedang berdiskusi tentang pemilihan ketua OSIS) Rina: Guys, pemilihan ketua OSIS tahun ini seru banget! Ada banyak calon yang punya visi dan misi yang bagus. Citra: Iya, Rina. Tapi, aku bingung mau pilih siapa. Semua calonnya punya kelebihan masing-masing. Budi: Aku sih gak peduli. Yang penting, ketua OSISnya bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Rina: Budi, kamu harus lebih aktif! Kamu harus memilih calon yang kamu rasa bisa mewakili suara siswa. Citra: Benar, Budi. Pemilihan ketua OSIS ini adalah salah satu bentuk demokrasi di sekolah kita. Budi: Hmm, kamu benar. Aku harus lebih serius dalam memilih ketua OSIS. (Adegan berakhir dengan Rina, Citra, dan Budi bersemangat untuk memilih ketua OSIS) Adegan 3: (Adegan dimulai dengan Rina, Citra, dan Budi sedang berdiskusi tentang pentingnya kebebasan berekspresi) Rina: Guys, kita harus berani menyampaikan pendapat kita, meskipun berbeda dengan orang lain. Citra: Iya, Rina. Kebebasan berekspresi adalah salah satu hak dasar dalam demokrasi. Budi: Tapi, gimana kalau pendapat kita dikritik? Rina: Itu wajar, Budi. Kita harus siap menerima kritik dan belajar dari kesalahan. Citra: Yang penting, kita harus menyampaikan pendapat kita dengan sopan dan bertanggung jawab. Budi: Hmm, kamu benar. Aku harus lebih berani dalam menyampaikan pendapat. (Adegan berakhir dengan Rina, Citra, dan Budi bersemangat untuk memperjuangkan kebebasan berekspresi) Penutup: Drama ini menunjukkan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada rakyat. Rakyat memiliki hak untuk memilih pemimpinnya, menyampaikan pendapat, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Namun, demokrasi juga membutuhkan tanggung jawab dari setiap warga negara untuk menjaga dan memperjuangkannya. (Catatan: Drama ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas penulis. Dialog dan adegan dapat ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan.)**