Menyeimbangkan Ekonomi dan Kesehatan di Era Normal Baru: Tantangan Malioboro **
** Era normal baru menuntut kita untuk hidup berdampingan dengan Covid-19. Di Yogyakarta, Malioboro menjadi contoh nyata bagaimana kita berupaya menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan protokol kesehatan. Sabtu malam dan Minggu pagi, Malioboro dipenuhi pengunjung. Kegembiraan kembali terasa, mengingatkan kita pada masa sebelum pandemi. Namun, di balik euforia tersebut, muncul kekhawatiran. Tidak semua pengunjung mematuhi protokol kesehatan, seperti penggunaan masker. Hal ini membuat Gubernur DIY, Sultan HB X, geram dan mengancam akan menutup kawasan Malioboro jika warga tidak tertib. Kegeraman Sultan HB X beralasan. Malioboro, sebagai ikon wisata Yogyakarta, memiliki potensi besar menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Bayangkan, pengunjung tidak hanya berasal dari DIY, tetapi juga dari luar kota. Tracing akan menjadi sulit, dan dampaknya bisa meluas, mengancam ekonomi ribuan warga yang menggantungkan hidup di kawasan tersebut. Di sisi lain, kita tidak bisa terus menerus mengisolasi diri. Ekonomi harus tetap berjalan. Presiden mengajak kita untuk hidup berdampingan dengan Covid-19, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Era normal baru menuntut adaptasi. Tidak hanya warga yang harus disiplin, tetapi juga fasilitas pendukung di Malioboro. Tempat cuci tangan, masker, dan jaga jarak harus tersedia di setiap sudut. Hotel dan restoran juga harus siap dengan tatanan baru, mulai dari kamar, restoran, hingga karyawan. Menyeimbangkan ekonomi dan kesehatan di era normal baru adalah tantangan besar. Kita harus belajar dari pengalaman, beradaptasi, dan terus berupaya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua. Semoga kita bisa melewati masa sulit ini dengan bijak, tanpa mengorbankan kesehatan dan ekonomi.