Analisis Rasio Likuiditas Perusahaa
Rasio likuiditas adalah salah satu aspek penting dalam analisis rasio keuangan perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya. Ada tiga jenis rasio likuiditas yang umum digunakan, yaitu current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Current ratio dihitung dengan membagi total aset lancar (kas, piutang dagang, piutang lain-lain, dan persediaan) dengan total kewajiban lancar (hutang dagang). Dalam kasus ini, total aset lancar adalah Rp. 237.000.000 (Rp. 50.000.000 + Rp. 100.000.000 + Rp. 2.000.000 + Rp. 75.000.000 + Rp. 5.000.000) dan total kewajiban lancar adalah Rp. 20.000.000. Maka, current ratio perusahaan adalah 11,85. Quick ratio atau acid test ratio dihitung dengan membagi aset lancar yang dapat segera dicairkan (kas, piutang dagang, dan piutang lain-lain) dengan total kewajiban lancar. Dalam kasus ini, aset lancar yang dapat segera dicairkan adalah Rp. 152.000.000 (Rp. 50.000.000 + Rp. 100.000.000 + Rp. 2.000.000) dan total kewajiban lancar tetap Rp. 20.000.000. Maka, quick ratio perusahaan adalah 7,6. Cash ratio dihitung dengan membagi kas dan setara kas kewajiban lancar. Dalam kasus ini, kas dan setara kas adalah Rp. 50.000.000 dan total kewajiban lancar tetap Rp. 20.000.000. Maka, cash ratio perusahaan adalah 2,5. Dari analisis rasio likuiditas di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio dan quick ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya. Sementara itu, cash ratio yang lebih rendah menunjukkan bahwa kas dan setara kas perusahaan tidak cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya sepenuhnya. Namun, rasio ini masih dalam batas yang wajar dan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang baik. Dalam kesimpulannya, analisis rasio likuiditas perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun, perusahaan perlu memperhatikan keseimbangan antara aset lancar dan kewajiban lancar untuk memastikan stabilitas keuangan jangka panjang.