Mengesampingkan Aturan Hukum dalam Sistem Hukum Indonesi
Dalam sistem hukum Indonesia, terdapat prinsip-prinsip yang mengatur mengenai pengesampingan atau pembatalan aturan hukum yang muncul sebelumnya atau lebih awal. Salah satu prinsip yang berlaku adalah lex superiori derogate legi inferiori, yang berarti aturan hukum yang hierarkinya lebih tinggi akan mengesampingkan atau membatalkan aturan hukum sejenis yang hierarkinya lebih rendah. Contoh konkret dari penerapan prinsip ini adalah ketika Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengesampingkan Undang-Undang No. 1 tahun 1995. Kedua undang-undang tersebut mengatur ketentuan yang sama, yaitu tentang Perseroan Terbatas. Namun, karena Undang-Undang No. 40 tahun 2007 memiliki hierarki yang lebih tinggi, maka undang-undang tersebut akan mengesampingkan atau membatalkan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995. Prinsip lex superiori derogate legi inferiori juga memiliki konsekuensi penting lainnya. Ketentuan dalam suatu undang-undang tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini disebabkan karena Undang-Undang Dasar 1945 menempati hierarki yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebuah undang-undang. Dengan demikian, jika terdapat ketentuan dalam undang-undang yang bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka ketentuan dalam undang-undang tersebut akan dianggap tidak berlaku. Penerapan prinsip lex superiori derogate legi inferiori dalam sistem hukum Indonesia memiliki tujuan untuk menjaga konsistensi dan keberlakuan aturan hukum. Dengan adanya prinsip ini, diharapkan tercipta kepastian hukum dan keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam proses hukum. Dalam kesimpulan, prinsip lex superiori derogate legi inferiori merupakan prinsip yang penting dalam sistem hukum Indonesia. Prinsip ini mengatur mengenai pengesampingan atau pembatalan aturan hukum yang muncul sebelumnya atau lebih awal. Dengan adanya prinsip ini, diharapkan tercipta kepastian hukum dan keadilan dalam sistem hukum Indonesia.