Konflik dan Tragedi dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk: Sebuah Kajian Sastra

Ronggeng Dukuh Paruk, karya Ahmad Tohari, bukanlah sekadar novel romansa pedesaan. Di balik cerita cinta dan tradisi ronggeng, tersembunyi konflik dan tragedi yang menggoreskan luka dalam pada individu dan masyarakat Dukuh Paruk. Konflik dan tragedi ini, yang terjalin rumit dengan sistem sosial, politik, dan kepercayaan, membentuk inti cerita dan meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.

Nafsu, Cinta, dan Pengorbanan

Konflik batin dan tragedi menjadi benang merah dalam kisah cinta Srintil, seorang ronggeng, dan Rasus, kekasih masa kecilnya. Srintil, terikat tradisi leluhur, harus mengorbankan cinta dan kebahagiaannya demi kemakmuran Dukuh Paruk. Rasus, di sisi lain, terjebak dalam dilema antara cintanya pada Srintil dan keputusasaan menyaksikan realitas pahit yang harus dijalani Srintil. Konflik batin dan pengorbanan ini menggambarkan betapa kuatnya cengkeraman tradisi dan bagaimana individu harus tunduk pada tuntutan sosial.

Politik dan Perebutan Kekuasaan

Kehadiran ronggeng tidak hanya sarat makna budaya, tetapi juga menjadi alat politik. Konflik dan tragedi muncul ketika ronggeng dijadikan alat perebutan kekuasaan oleh para elite desa. Dukuh Paruk, yang semula damai, terpecah belah oleh intrik dan perebutan pengaruh. Tragedi kemanusiaan pun tak terelakkan, mengorbankan nilai-nilai luhur dan persaudaraan demi ambisi pribadi.

Bencana dan Kehancuran

Tak hanya konflik internal, Dukuh Paruk juga dihadapkan pada bencana alam dan wabah penyakit. Bencana ini, yang meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan, menjadi simbol kerapuhan manusia di hadapan kekuatan alam. Tragedi kelaparan dan kematian massal semakin mempertegas betapa rentannya kehidupan di Dukuh Paruk.

Kehilangan dan Kepasrahan

Konflik dan tragedi yang terjadi meninggalkan luka mendalam bagi penduduk Dukuh Paruk. Kehilangan orang-orang tercinta, kehancuran ekonomi, dan hilangnya rasa aman menciptakan kepasrahan kolektif. Namun, di tengah keputusasaan, muncul semangat untuk bangkit dan membangun kembali kehidupan.

Ronggeng Dukuh Paruk menyajikan potret pedih tentang konflik dan tragedi yang mengguncang Dukuh Paruk. Melalui kisah Srintil dan penduduk desa, novel ini mengajak kita merenungkan kompleksitas hubungan manusia, kekuatan tradisi, dan kerapuhan hidup. Konflik dan tragedi, yang terjalin erat dengan sistem sosial dan politik, menjadi cermin bagi kita untuk lebih peka terhadap realitas sosial dan berjuang menciptakan kehidupan yang lebih adil dan bermartabat.