Kue Jagung dan Rasa Takut **

Hari itu, Lia dan Erin sedang mengerjakan tugas kelompok tentang rasisme. Erin, dengan keyakinannya yang aneh, berpendapat bahwa rasisme adalah bagian alami dari manusia. Lia, yang lebih rasional, mencoba menjelaskan bahwa rasisme adalah bentuk superioritas yang tidak berdasar. Perdebatan mereka semakin memanas ketika Erin menyatakan bahwa rasisme terkadang diperlukan, bahkan menggunakan contoh Nona West, seorang gadis Yahudi, sebagai sasaran. Lia terkejut dengan pernyataan Erin, yang tampaknya memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Yahudi. Erin, dengan nada sarkastis, menjelaskan bahwa ia mempelajari hal itu untuk bisa mengkritik orang-orang yang sok tahu tentang agamanya sendiri. Ia bahkan menyebut Nona West sebagai "jalang" dan "playing victim". Tiba-tiba, Ny. Glacias, ibu Lia, datang membawa kue jagung dan teh. Ia mendengar percakapan mereka dan dengan santai menyatakan bahwa rasisme hanyalah konsep struktural yang diciptakan manusia. Ia bahkan bercanda tentang rasa manusia, yang membuat Erin dan Lia merasa takut. Ny. Glacias, dengan senyum misterius, menegaskan bahwa ia bercanda. Namun, tatapannya yang tajam dan candaan yang sedikit menyeramkan membuat Erin dan Lia merinding. Mereka tidak yakin apakah Ny. Glacias benar-benar bercanda atau menyimpan rahasia gelap. Wawasan:** Kisah ini menunjukkan bagaimana rasisme dapat muncul dalam berbagai bentuk, bahkan dalam bentuk candaan yang tidak berbahaya. Ny. Glacias, dengan candaannya yang gelap, menunjukkan bahwa rasisme dapat tertanam dalam pikiran kita, bahkan tanpa kita sadari. Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa kita harus selalu waspada terhadap bentuk-bentuk rasisme, baik yang terang-terangan maupun yang terselubung.