Menganalisis Batasan Kebebasan Berpendapat dan Bereksspresi dalam Pasal 28H Ayat (1) UUD 1945

Kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan hak asasi manusia yang dijunjung tinggi dalam konstitusi negara demokrasi, tak terkecuali di Indonesia. Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dengan tegas menjamin hak setiap orang untuk mengembangkan diri melalui kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Namun, kebebasan ini bukanlah hak absolut dan memiliki batasan-batasan tertentu demi menjaga ketertiban dan kepentingan umum.

Menimbang Hak Asasi dengan Kepentingan Umum

Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 memberikan batasan terhadap kebebasan berpendapat dan berekspresi dengan menyebutkan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan antara hak individu dan kepentingan bersama. Kebebasan berpendapat dan berekspresi harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan tidak boleh melanggar hak-hak orang lain atau mengganggu ketertiban umum.

Menjaga Moralitas dan Nilai Keagamaan

Salah satu batasan kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah larangan untuk menyebarkan kebencian, permusuhan, atau penghinaan terhadap suatu golongan tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis serta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penyebaran ujaran kebencian dapat memicu konflik horizontal dan merusak harmoni sosial.

Melindungi Keamanan Nasional dan Integritas Negara

Kebebasan berpendapat dan berekspresi juga dibatasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan keamanan nasional dan integritas negara. Penyebaran informasi yang bersifat provokatif, menghasut, atau menimbulkan rasa permusuhan terhadap pemerintah yang sah dapat dikategorikan sebagai tindakan makar. Hal ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Menghargai Privasi dan Hak Individu Lain

Kebebasan berpendapat dan berekspresi tidak boleh dilakukan dengan cara yang melanggar hak privasi orang lain. Penyebaran informasi pribadi seseorang tanpa izin, pencemaran nama baik, dan fitnah merupakan tindakan yang melanggar hukum. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur tentang perlindungan data pribadi dan pencegahan penyebaran informasi elektronik yang melanggar hukum.

Kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan pilar penting dalam negara demokrasi. Namun, kebebasan ini perlu diimbangi dengan rasa tanggung jawab dan penghormatan terhadap hak-hak orang lain. Batasan-batasan yang tertuang dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara hak individu dan kepentingan bersama, menjaga moralitas dan nilai-nilai luhur bangsa, serta melindungi keamanan nasional dan integritas negara.