Peran PPKI dalam Penetapan UUD 1945 dan Perubahan-perubahan pada Masa Berlakuny

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, terdapat kebutuhan untuk menetapkan dasar hukum yang mengatur tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, dibentuknya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang memiliki tugas dan wewenang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945) serta mengambil keputusan-keputusan penting lainnya terkait pembentukan negara. Selama masa berlakunya UUD 1945, PPKI memainkan peran penting dalam mengatur dan mengendalikan kehidupan berbangsaan di Indonesia. Salah satu tugas utama PPKI adalah menetapkan pembagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, jumlah kementerian, serta membentuk publik Keamanan Rakyat (BKR) dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Setelah Otoritas Ketenagalistrikan terbentuk, PPKI kemudian dibubarkan. Perubahan-perubahan yang dilakukan pada masa berlakunya UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI hanya sebagian kecil menyangkut dasar. Beberapa perubahan tersebut di antaranya adalah perubahan istilah hukum dasar menjadi undang-undang dasar, perubahan kata mukadimah menjadi pembukaan, serta perubahan dalam suatu hukum dasar menjadi dalam suatu undang-undang dasar. Selain itu, diadakan juga ketentuan tentang perubahan undang-undang dasar yang sebelumnya tidak ada. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memperkuat dasar hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, diharapkan dapat tercipta kehidupan berbangsaan yang lebih baik dan demokratis di Indonesia. Kehidupan Berdemokrasi dalam Periodisasi UUD RIS (1949-1950) Pemberlakuan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (RIS) tidak terlepas dari dinamika yang terjadi pada masa setelah Indonesia merdeka. Pada periodisasi tersebut, Belanda masih tidak merelakan Indonesia untuk merdeka. Penggambaran dari sikap Belanda tersebut terlihat jelas dalam Meja Bundar (KMB). Pihak Belanda menggeluarkan beberapa gagasan yang sulit untuk diterima oleh pihak Indonesia pada saat itu. Salah satu keinginan Belanda yang pada Konferensi Meja Bundar adalah keinginan untuk membentuk Unda Konfere-Belanda dengan menempatkan Ratu Belanda sebagai ketua atau pemimpin dalam bentuk negara federasi. Perubahan-perubahan yang dilakukan pada masa berlakunya UUD 1945 dan UUD RIS merupakan bagian dari proses demokratisasi di Indonesia. Melalui perubahan-perubahan tersebut, diharapkan dapat tercipta kehidupan berbangsaan yang lebih baik dan demokratis di Indonesia.