Sejarah Pembukaan UUD 1945: "Mukadimah," "Gentlemen's Agreement," dan "Piagam Jakarta

Pendahuluan: Pembukaan UUD 1945 adalah bagian penting dari konstitusi Indonesia yang menetapkan dasar dan prinsip negara. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah pembukaan UUD 1945 dan nama-nama yang diberikan oleh tiga tokoh penting: Soekarno, Soekiman, dan Mohammad Yamin. Bagian 1: "Mukadimah" - Soekarno Soekarno, salah satu pendiri Indonesia, adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam pembuatan UUD 1945. Ia menamai bagian pembukaan dengan "Mukadimah," yang berarti pendahuluan atau pengantar. "Mukadimah" mengandung prinsip dasar dan tujuan negara, serta menetapkan identitas dan tujuan Indonesia sebagai negara yang berdaulat, merdeka, dan berkedaulatan rakyat. Bagian 2: "Gentlemen's Agreement" - Soekiman Soekiman, anggota BPUPKI dan pendiri Indonesia, juga memberikan nama pada bagian pembukaan. Ia menamainya "Gentlemen's Agreement," yang mengacu pada kesepakatan yang dicapai oleh para pendiri Indonesia selama sidang BPUPKI. "Gentlemen's Agreement" mencakup prinsip-prinsip penting seperti kedaulatan rakyat, kemerdekaan, dan perlindungan hak asasi manusia. Bagian 3: "Piagam Jakarta" - Mohammad Yamin Mohammad Yamin, anggota BPUPKI dan pendiri Indonesia, juga memberikan nama pada bagian pembukaan. Ia menamainya "Piagam Jakarta," yang mengacu pada kesepakatan yang dicapai oleh para pendiri Indonesia selama sidang BPUPKI di Jakarta. "Piagam Jakarta" mencakup prinsip-prinsip penting seperti kedaulatan rakyat, kemerdekaan, dan perlindungan hak asasi manusia. Kesimpulan: Pembukaan UUD 1945, yang dikenal sebagai "Mukadimah," "Gentlemen's Agreement," dan "Piagam Jakarta," adalah bagian penting dari konstitusi Indonesia yang menetapkan dasar dan prinsip negara. Nama-nama ini diberikan oleh tiga tokoh penting: Soekarno, Soekiman, dan Mohammad Yamin. Mereka mewakili prinsip-prinsip penting yang dipegang oleh para pendiri Indonesia dan menjadi dasar bagi negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.