Sum'ah dalam Perspektif Islam: Sebuah Kajian Filosofis

Dalam sunyi sepi, terbersit niat untuk memamerkan amal. Seakan berbisik, "Lihatlah aku, betapa rajinnya aku beribadah." Inilah sum'ah, sebuah penyakit hati yang menggerogoti keikhlasan, menodai kesucian niat, dan mengotori nilai sebuah amal. Sum'ah, dalam perspektif Islam, bukanlah sekadar perilaku tercela, melainkan sebuah kajian filosofis yang mengantarkan pada pemahaman mendalam tentang hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Hakikat Sum'ah: Membedah Motif di Balik Amal

Sum'ah, secara sederhana, dapat diartikan sebagai perilaku riya' yang dilakukan secara terang-terangan. Ia adalah keinginan untuk memperlihatkan amal ibadah kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan pujian, sanjungan, atau kedudukan tertentu di mata manusia. Dalam konteks filosofis, sum'ah mencerminkan pergeseran nilai dari orientasi kepada Allah SWT menuju manusia. Ia adalah manifestasi dari kecenderungan manusia untuk mencari validasi dari makhluk, bukan dari Sang Khalik.

Sum'ah dan Konsep Ikhlas: Dikotomi Fundamental dalam Beramal

Sum'ah dan ikhlas layaknya dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Kehadiran sum'ah secara otomatis menafikan nilai ikhlas dalam sebuah amal. Ikhlas, sebagai inti dari setiap ibadah, menuntut kejernihan niat, semata-mata karena Allah SWT. Sebaliknya, sum'ah mengaburkan niat, mencampuradukkannya dengan keinginan-keinginan duniawi. Dalam perspektif filosofis, pertarungan antara sum'ah dan ikhlas adalah pertarungan antara nilai-nilai transendental dan nilai-nilai duniawi dalam diri manusia.

Bahaya Sum'ah: Meruntuhkan Bangunan Amal

Sum'ah bukanlah sekadar dosa kecil yang dapat disepelekan. Ia adalah racun mematikan yang dapat meruntuhkan bangunan amal, semegah apapun ia tampak di mata manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kamu adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?" Beliau menjawab, "Riya'." Hadits ini menegaskan betapa bahayanya sum'ah, yang dapat menghapuskan pahala amal dan menjerumuskan pelakunya ke dalam jurang kemunafikan.

Menjaga Kemurnian Niat: Upaya Membentengi Diri dari Sum'ah

Menjaga kemurnian niat adalah kunci utama dalam membentengi diri dari sum'ah. Kesadaran bahwa Allah SWT Maha Melihat, Maha Mengetahui isi hati, haruslah senantiasa terpatri dalam sanubari. Menumbuhkan rasa malu kepada Allah SWT, yang lebih besar daripada rasa malu kepada manusia, akan menjadi tameng ampuh dalam menangkal virus sum'ah.

Melakukan introspeksi diri secara berkala, mengevaluasi niat di balik setiap amal, merupakan langkah penting dalam menjaga kemurnian ibadah. Memperbanyak ilmu agama, khususnya tentang hakikat ikhlas dan bahaya sum'ah, akan semakin mempertebal benteng keimanan dan menjauhkan diri dari godaan riya'.

Sum'ah, dalam perspektif Islam, bukanlah sekadar persoalan hitam dan putih, melainkan sebuah spektrum abu-abu yang menuntut kepekaan hati dan kejernihan jiwa. Ia adalah ujian konstan bagi setiap muslim dalam menjaga kemurnian niat dan keikhlasan dalam beramal. Hanya dengan terus menerus memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan memohon pertolongan-Nya, kita dapat terhindar dari jerat sum'ah dan meraih ridha-Nya.