3. Studi Kasus: Setiap kelompok kecil (misalnya, 1 konsinyor dan 1 konsinyi)diberikan studi kasus yang berbeda Mereka diminto untuk menganalisis situasi mengambil keputusan dan menyusun strategi bersama. Contoh studi Kasus 1:Konsinyor kerajinan batik / tenun ikat / umkm kerajinan bali namun khawatir akan kualitas pelayanan yang diberikan oleh konsinyi.

Studi Kasus:

Konsinyor Kerajinan Bali & Kekhawatiran Kualitas Pelayanan Konsinyi

Situasi: Seorang konsinyor yang memproduksi kerajinan batik, tenun ikat, atau kerajinan Bali lainnya ingin memasarkan produknya melalui konsinyi. Namun, konsinyor tersebut khawatir tentang kualitas pelayanan yang akan diberikan oleh konsinyi, yang berpotensi mempengaruhi citra dan penjualan produknya.

Analisis Situasi:

Beberapa faktor yang menyebabkan kekhawatiran konsinyor meliputi:

* Pengalaman Konsinyi: Apakah konsinyi memiliki pengalaman dalam menangani produk sejenis? Reputasi konsinyi sangat penting. Riwayat penjualan dan testimoni pelanggan dapat menjadi indikator yang baik.
* Sistem Penjualan: Bagaimana konsinyi akan mempromosikan dan menjual produk? Apakah mereka memiliki strategi pemasaran yang efektif? Apakah mereka memiliki sistem inventaris yang baik untuk melacak stok dan penjualan?
* Pelayanan Pelanggan: Bagaimana konsinyi menangani keluhan pelanggan? Respon yang cepat dan solusi yang efektif sangat penting untuk menjaga kepuasan pelanggan dan citra produk.
* Keamanan Produk: Apakah konsinyi memiliki sistem keamanan yang memadai untuk mencegah kerusakan atau kehilangan produk?
* Transparansi dan Komunikasi: Seberapa transparan konsinyi dalam hal penjualan, pembayaran, dan stok? Komunikasi yang efektif sangat penting untuk membangun kepercayaan.

Strategi Bersama Konsinyor dan Konsinyi:

Untuk mengatasi kekhawatiran konsinyor dan membangun kemitraan yang sukses, konsinyor dan konsinyi perlu menyusun strategi bersama, misalnya:

1. Due Diligence: Konsinyor perlu melakukan riset menyeluruh tentang konsinyi, termasuk memeriksa reputasi, pengalaman, dan sistem operasional mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui referensi, ulasan online, dan kunjungan langsung ke tempat usaha konsinyi.

2. Perjanjian Tertulis yang Jelas: Sebuah perjanjian tertulis yang detail sangat penting. Perjanjian ini harus mencakup:
* Persentase komisi: Berapa persen dari penjualan yang akan diterima oleh konsinyi?
* Metode pembayaran: Bagaimana dan kapan pembayaran akan dilakukan kepada konsinyor?
* Tanggung jawab masing-masing pihak: Siapa yang bertanggung jawab atas apa? (misalnya, pemasaran, pengiriman, penanganan keluhan pelanggan, pengembalian barang)
* Prosedur pengembalian barang: Bagaimana barang yang tidak terjual akan ditangani?
* Durasi perjanjian: Berapa lama perjanjian ini berlaku?
* Ketentuan pemutusan perjanjian: Apa yang terjadi jika salah satu pihak ingin mengakhiri perjanjian?

3. Sistem Pelaporan dan Monitoring: Konsinyi harus menyediakan laporan penjualan dan stok secara berkala kepada konsinyor. Konsinyor juga perlu melakukan monitoring secara berkala untuk memastikan kualitas pelayanan dan keamanan produknya.

4. Kerjasama dalam Pemasaran: Konsinyor dan konsinyi dapat bekerja sama dalam mengembangkan strategi pemasaran yang efektif, misalnya dengan memanfaatkan media sosial atau mengikuti pameran dagang.

5. Evaluasi Berkala: Konsinyor dan konsinyi perlu melakukan evaluasi berkala terhadap kinerja kemitraan mereka dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.


Dengan strategi yang tepat dan komunikasi yang terbuka, konsinyor dapat mengurangi kekhawatirannya dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan konsinyi. Keberhasilan kemitraan ini bergantung pada kepercayaan, transparansi, dan komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang sama.