Pada diskusi 5 merupakan pengembangan dari materi Sesi 5 tentang Kebijakan Pengupahan yaitu dengan membuat pertanyaan sebagai berikut: Menurut saudara, kebijakan pengupahan yang telah diterapkan oleh pemerintah apakah sudah dilaksanakan secara maksimal oleh perusahaan perusahaan terhadap pekerjanya?sertakan alasan hukumnya.

Kebijakan pengupahan yang diterapkan pemerintah, khususnya terkait Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Provinsi (UMP), belum selalu dilaksanakan secara maksimal oleh semua perusahaan terhadap pekerjanya. Meskipun terdapat regulasi yang mewajibkan perusahaan untuk membayar upah minimal sesuai ketentuan pemerintah, masih banyak tantangan dan celah yang menyebabkan pelaksanaannya tidak optimal.

Alasan Hukum dan Tantangan Pelaksanaan:

* Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: Undang-undang ini menjadi dasar hukum utama terkait pengupahan di Indonesia. Pasal 88 sampai Pasal 90 mengatur tentang upah minimum, hak pekerja atas upah, dan sanksi bagi perusahaan yang melanggar. Namun, implementasi sanksi seringkali tidak berjalan efektif. Proses pelaporan, investigasi, dan penindakan pelanggaran seringkali memakan waktu lama dan rumit.

* Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan: PP ini memberikan detail lebih lanjut tentang penetapan dan pembayaran upah, termasuk komponen upah, cara perhitungan, dan mekanisme penyesuaian. Namun, penafsiran dan penerapannya di lapangan masih beragam, terutama terkait komponen upah selain upah pokok.

* Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) terkait Upah Minimum: Permenaker ini mengatur teknis penetapan UMR/UMP setiap tahunnya. Meskipun ada mekanisme penetapan yang melibatkan unsur pemerintah, pengusaha, dan pekerja, proses negosiasi dan penentuan angka UMR/UMP seringkali menimbulkan perdebatan dan belum selalu mengakomodasi sepenuhnya aspirasi pekerja.

* Pengawasan yang kurang optimal: Jumlah pengawas ketenagakerjaan yang terbatas dan cakupan wilayah yang luas menyebabkan pengawasan terhadap kepatuhan perusahaan dalam membayar upah sesuai ketentuan menjadi kurang optimal. Banyak perusahaan yang beroperasi di luar pengawasan ketat, sehingga pelanggaran mudah terjadi.

* Celah hukum dan praktik: Beberapa perusahaan memanfaatkan celah hukum atau melakukan praktik-praktik yang merugikan pekerja, seperti:
* Pembayaran upah di bawah UMR/UMP dengan berbagai alasan.
* Pengurangan upah tanpa alasan yang sah.
* Tidak membayar upah lembur sesuai ketentuan.
* Memberikan upah dalam bentuk barang atau jasa, bukan uang tunai.

Kesimpulan:

Meskipun terdapat payung hukum yang cukup kuat, pelaksanaan kebijakan pengupahan pemerintah masih jauh dari ideal. Perlu peningkatan pengawasan, penegakan hukum yang lebih tegas, dan sosialisasi yang lebih efektif kepada perusahaan dan pekerja untuk memastikan hak pekerja atas upah yang layak terpenuhi. Selain itu, perlu juga peningkatan kapasitas pengawas ketenagakerjaan dan penyederhanaan prosedur pelaporan dan penindakan pelanggaran.