nerjanan sesuai perintahnya! Polda Catat 955 Pelanggaran Lalu Lintas melalui ETLE melalui Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE)yang diluncurkan 23 Maret Kepolisian Daerah (Polda)Barat mencatat terjadi 955 pelanggaran lalu lintas 2021 . Pelanggarar yang dilakukan sebagian besar adalah pelanggaran tidak menggunakan helm pengaman , dan putar di bundaran yang tidak diperbolehkan. Seluruh pelanggaran oleh tim ETLE dapat dikelompokkan menjadi tujuh . Namun , hanya tiga pelanggarar I yang dilanggar oleh pengendara . Ketujuh kelompok pelanggarar tersebut, yaitu tidak memakai helm sebanyak 715, tidak memaka sabuk sebanyak 54 pelanggaran , menggunakan telepon genggam saat berkendara nihil pelanggaran putar balik 186, melanggar APIL - (Traffight Light) nihil , melanggar rambu atau nihil, dan melawan arus nihil. Polda akan melakukan sosialisasi penindakan pada tanggal 6 April hingga 14 April 2021 dari tim ETLE . Pada tanggal tersebut sudah dilakukan penindakan tanpa dikenakan denda tilang . Jadi telah dikirim kepada pelanggar berdasarkan nomor TNKB di kendaraar . Data lalu lintas berupa surat konfirmasi tanpa dikenakan denda tilang ada sebanyak 598 pelanggaran . Rincian pelanggarannya:tidak memakai helm 332. tidak memakai sabuk pengaman sebanyak 161 putar balik 105 kali. Pada tanggal 15 April hingga saat ini , tim ETLE akan memberlakukan denda tilang kepada pengendara yang terekam melakukar pelanggaran.Tim ETLE sudar memberikan 24 tilang kendaraan sudah membayar dendanya di BRI masih proses. Sementara itu,ada 36 STNK yang telah diblokir karena tidak mengindahkan konfirmasi dari petugas. Sumber:www.antaranews .com 1 . Analisislah kasus tersebut. a. Sebab terjadinya kasus (menurut artikel). b . Sanksi yang dijatuhkan (menurut artikel). c. Sanksi atau solusi alternatif (menurut pendapat kelompokmu , sanksi yang pantas untuk kasus tersebut seperti apa?Berikan dasar hukumnya). 2. Tulis secara rapi di selembar kertas . Hasilnya kumpulkan kepada gurumu untuk dinilai.

Analisis Kasus Pelanggaran Lalu Lintas di Polda Barat

1. Analisis Kasus:

a. Sebab Terjadinya Kasus (menurut artikel):

Sebab utama terjadinya kasus pelanggaran lalu lintas di Polda Barat, menurut artikel, adalah kurangnya kepatuhan pengendara terhadap peraturan lalu lintas. Hal ini terlihat dari tingginya angka pelanggaran tidak menggunakan helm (715 pelanggaran pada periode pertama, 332 pada periode kedua), putar balik di tempat yang dilarang (186 dan 105 pelanggaran), dan tidak menggunakan sabuk pengaman (54 dan 161 pelanggaran). Artikel menyiratkan kurangnya kesadaran dan disiplin berlalu lintas di kalangan pengendara.

b. Sanksi yang Dijatuhkan (menurut artikel):

Artikel menyebutkan dua jenis sanksi yang dijatuhkan:

* Surat Konfirmasi Tanpa Denda: Pada periode sosialisasi (6-14 April 2021), sebanyak 598 pelanggar menerima surat konfirmasi pelanggaran tanpa dikenakan denda tilang. Ini merupakan bentuk peringatan dan edukasi.
* Tilang dan Pemblokiran STNK: Setelah periode sosialisasi (15 April 2021 dan seterusnya), sanksi berupa tilang diterapkan. Artikel menyebutkan 24 tilang telah dikeluarkan, beberapa sudah dibayar, dan 36 STNK telah diblokir karena pelanggar mengabaikan surat konfirmasi.

c. Sanksi atau Solusi Alternatif (menurut pendapat dan dasar hukum):

Sanksi yang dijatuhkan oleh Polda Barat sudah sesuai alur, dimulai dari sosialisasi dan peringatan (surat konfirmasi) sebelum menjatuhkan sanksi tilang. Namun, untuk meningkatkan efektivitas penindakan dan kesadaran berlalu lintas, beberapa solusi alternatif dapat dipertimbangkan:

* Peningkatan Sosialisasi dan Edukasi: Sosialisasi yang lebih intensif dan kreatif perlu dilakukan, tidak hanya melalui media massa, tetapi juga melalui kegiatan langsung di masyarakat, sekolah, dan komunitas. Hal ini penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang peraturan lalu lintas dan dampak pelanggaran. Dasar Hukum: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ) menetapkan kewajiban pemerintah untuk melakukan sosialisasi dan edukasi.

* Peningkatan Intensitas Penindakan: Meskipun sudah ada ETLE, perlu peningkatan pengawasan dan penindakan di lapangan, terutama di titik-titik rawan pelanggaran. Hal ini untuk memberikan efek jera bagi pelanggar. Dasar Hukum: UU LLAJ memberikan kewenangan kepada kepolisian untuk melakukan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas.

* Sistem Poin Pelanggaran: Penerapan sistem poin pelanggaran dapat dipertimbangkan. Setiap pelanggaran akan mendapatkan poin tertentu, dan akumulasi poin akan berdampak pada pencabutan SIM atau sanksi lainnya. Sistem ini dapat mendorong pengendara untuk lebih disiplin. Dasar Hukum: Meskipun UU LLAJ belum secara eksplisit mengatur sistem poin, peraturan pemerintah dapat dibuat untuk mengimplementasikannya.

* Pemanfaatan Teknologi: Selain ETLE, pemanfaatan teknologi lain seperti aplikasi mobile untuk melaporkan pelanggaran atau sistem peringatan dini dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan pengawasan dan partisipasi masyarakat.


Kesimpulan:

Kasus pelanggaran lalu lintas di Polda Barat menunjukkan pentingnya kesadaran dan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas. Kombinasi antara penindakan tegas dan sosialisasi yang efektif, serta pemanfaatan teknologi, merupakan kunci untuk menciptakan budaya berlalu lintas yang tertib dan aman. Sanksi yang dijatuhkan sudah sesuai prosedur, namun perlu ditingkatkan dengan solusi alternatif untuk mencapai efektivitas yang lebih besar.