Kumbang Kepik: Predator Ramah Lingkungan yang Mengubah Perkebuna
Kumbang Kepik, juga dikenal sebagai kumbang kepik, adalah serangga kecil yang mudah dikenali karena penampilannya yang bundar dan punggungnya yang berwarna-warni. Mereka bukanlah dari keluarga kepik, yang termasuk dalam ordo Hemiptera. Kumbang Kepik memiliki penampilan yang cukup khas, dengan tubuh yang berbentuk hampir bulat dan sepasang sayap keras di punggungnya. Sayap keras di punggungnya berwarna-warni, tetapi biasanya berwarna mencolok dengan pola seperti totol-totol. Sayap keras yang berwarna-warni itu sebenarnya adalah sayap elitra atau sayap depannya. Sayap belakangnya berwarna transparan dan biasanya dilipat di bawah sayap depannya jika tidak digunakan. Saat terbang, kumbang Kepik mengepakkan sayap belakangnya dengan cepat, sementara sayap depannya yang kaku tidak bisa ditegangkan untuk meningkatkan daya angkat saat terbang. Sayap depannya yang keras juga bisa berfungsi sebagai perisai pelindung. Kumbang Kepik memiliki kaki yang pendek dan kepala yang terlihat membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantu mereka saat makan hewan-hewan kecil, seperti kutu daun. Di kakinya terdapat rambut-rambut halus berukuran mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan mikroskop) yang ujungnya seperti sendok. Rambut ini menghasilkan bahan berminyak yang lengket. Minyak ini membuat kepik bisa berjalan dan menempel di tempat-tempat sulit seperti di kaca atau di langit-langit. Kepik dikenal sebagai salah satu predator hama ramah lingkungan. Sekitar abad ke-19, perkebunan buah di wilayah Asia dan Amerika Serikat diserang oleh hama serangga yang dikenal sebagai sisik bantal kapuk (Icerya purchasi) dan menyebabkan kerugian yang signifikan. Hama itu sebenarnya adalah sejenis kutu daun yang hidup dengan mengisap sari tanaman dan membentuk lapisan bersisik di sekitarnya untuk melindungi dirinya. Hewan itu dibawa tanpa sengaja dari Australia hingga mencapai perkebunan di benua lain. Para ahli kemudian mencari cara untuk membasmi hama itu. Mereka akhirnya menemukan bahwa di habitat aslinya di Australia, sisik bantal kapuk memiliki predator alami, yaitu kumbang Kepik Vedalia cardinalis. Kepik itu kemudian dibawa ke perkebunan buah yang diserang oleh hama sisik bantal kapuk pada tahun 1888 dan dalam waktu dua tahun, metode ini telah berhasil menekan populasi serangga hama tersebut. Kepik ini kemudian menjadi salah satu contoh keberhasilan pengendalian hama dengan memanfaatkan perilakunya dalam rantai makanan (bioinsektisida). Namun, tidak semua kumbang Kepik membawa manfaat bagi manusia. Beberapa spesies kumbang Kepik, seperti Epilachna admirabilis, diketahui memakan daun tanaman budi daya, seperti daun terong, sehingga merusak tanaman. Spesies ini merugikan petani. Secara keseluruhan, kumbang Kepik adalah predator hama ramah lingkungan yang telah membantu mengubah perkebunan dengan mengontrol populasi hama yang merugikan. Mereka adalah contoh keberhasilan pengendalian hama dengan memanfaatkan perilakunya dalam rantai makanan.