Mengenal Spoofing dan Social Engineering dalam Kejahatan Siber
Kejahatan siber dengan modus spoofing-social engineering kembali menelan korban terbaru. Pelaku menggunakan berbagai cara untuk mengelabui dan memanipulasi korban, yang pada akhirnya menyebabkan kerugian finansial yang signifikan. Spoofing, sebagai salah satu teknik kejahatan siber, merupakan upaya pelaku untuk menyamar sebagai entitas atau perangkat tepercaya guna memperoleh informasi pribadi korban. Modus ini seringkali dikombinasikan dengan pendekatan social engineering, di mana pelaku memanipulasi psikologis korban untuk mencapai tujuannya. Menurut FBI, spoofing memiliki tujuan yang sama dengan phishing, yaitu untuk memperoleh informasi sensitif korban seperti username dan password mobile banking. Pelaku menggunakan berbagai metode, termasuk pengiriman file APK yang jika diklik dapat menyedot data pribadi korban. Dengan perkembangan teknologi digital, modus spoofing juga semakin canggih dan dapat dilakukan melalui berbagai platform media sosial. Untuk mencegah terjadinya spoofing-social engineering, langkah-langkah preventif perlu diambil. Pertama, penting bagi siapa pun untuk tidak gegabah dalam mengklik tautan yang tidak jelas, terutama jika dikirim oleh orang yang tidak dikenal. Selain itu, pengecekan mobile banking secara berkala dan kesadaran akan keamanan digital juga sangat diperlukan. Otoritas berwenang juga perlu terlibat dalam mendesiminasikan informasi mengenai kejahatan siber ini, sementara masyarakat juga perlu memahami bahwa tingkat keamanan sistem elektronik sangat terkait dengan perilaku penggunanya. Dalam era digital ini, pemahaman dan kesadaran akan keamanan cyber menjadi hal yang sangat penting. Oleh karena itu, peran individu dalam menghadapi modus social engineering adalah keniscayaan. Dengan demikian, upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan siber dapat dilakukan secara bersama-sama, sehingga masyarakat dapat lebih cerdas dalam menghadapi ancaman tersebut.