Teori Pemangku Kepentingan dalam Bisnis: Pentingnya Hubungan dengan Pemangku Kepentingan
Teori pemangku kepentingan dalam bisnis mengidentifikasi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam keberhasilan dan kelangsungan bisnis (Freeman & J, 2001). Dukungan yang diterima oleh perusahaan dari para pemangku kepentingannya memiliki dampak yang signifikan terhadap eksistensi bisnis tersebut (Chariri & Ghozali, 2007). Istilah "stakeholder" pertama kali diperkenalkan oleh Stanford Research Institute (SRI) dan merujuk kepada "mereka yang memiliki kepentingan dalam atau dipengaruhi oleh kegiatan organisasi" (Donaldson & Preston, 1995). Menurut Freeman dan Reed (1983), stakeholder dapat didefinisikan sebagai kelompok yang secara signifikan mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan sebuah organisasi. Teori pemangku kepentingan memperluas tanggung jawab organisasi kepada semua pemangku kepentingan yang terlibat (Sopian, 2017). Dalam konteks ini, manajer bertindak sebagai respons terhadap lingkungan bisnis yang ada (Bukhori & Sopian, 2017). Penting bagi perusahaan untuk menjaga hubungan yang baik dengan para pemangku kepentingan dengan melaporkan semua masalah keberlanjutan yang dihadapi (Nobanee & Ellili, 2016; Danso dkk., 2019). Perusahaan juga harus mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan semua pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan (Sopian, 2017). Dengan menjaga hubungan yang baik dengan pemangku kepentingan, perusahaan dapat membangun kepercayaan dan memperkuat posisinya dalam industri (Chariri & Ghozali, 2007). Dalam kesimpulan, teori pemangku kepentingan dalam bisnis menekankan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan semua pemangku kepentingan. Dengan memperhatikan kebutuhan dan keinginan mereka, perusahaan dapat membangun kepercayaan dan mencapai keberhasilan jangka panjang.