Air Mata Sungai, Air Mata Ibu **
Hujan tak henti mengguyur bumi. Derasnya air menghantam atap rumah, bergema seperti irama sedih. Di luar, sungai yang biasanya tenang kini berubah menjadi monster buas, mengamuk dan menelan apa saja yang dilaluinya. Air meluap, merendam rumah-rumah, mengusir penghuninya. Ibu, dengan wajah pucat pasi, memeluk erat anak-anaknya. Air dingin merendam tubuh mereka, namun pelukan ibu terasa hangat, menenangkan. "Jangan takut, Nak," bisiknya, suaranya bergetar menahan tangis. "Ibu akan selalu melindungi kalian." Matahari terbit, menyapa pagi yang kelabu. Air banjir mulai surut, meninggalkan jejak kerusakan di mana-mana. Rumah-rumah hancur, harta benda lenyap, namun semangat manusia tak kunjung padam. Ibu, dengan tubuh lelah dan baju basah kuyup, membersihkan puing-puing rumah. Anak-anaknya, dengan mata polos, membantu sebisanya. "Kita akan bangkit lagi, Nak," kata ibu, suaranya kini lebih tegar. "Kita akan membangun kembali rumah kita, lebih kuat dari sebelumnya." Banjir memang membawa duka, namun juga mengajarkan kita tentang kekuatan dan kebersamaan. Di tengah kesulitan, manusia saling membantu, saling menguatkan. Seperti air sungai yang mengalir, kehidupan terus berlanjut, membawa harapan baru di setiap alirannya. Pesan:** Banjir adalah ujian, namun juga kesempatan untuk tumbuh lebih kuat. Seperti air sungai yang terus mengalir, kehidupan akan terus berlanjut, membawa harapan baru di setiap alirannya.