Perkembangan dan Peran Masyumi dalam Pergerakan Politik di Indonesi
Masyumi, singkatan dari Majelis Syuro Muslimin Indonesia, adalah organisasi Islam yang didirikan pada tahun 1943 dengan tujuan mengumpulkan dana dan mendukung kegiatan perang Asia Timur Raya. Organisasi ini dipimpin oleh Hasyim Asy'ari sebagai ketua dan dijabat oleh Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab sebagai wakil ketua. Sebagai organisasi induk Islam, Masyumi melibatkan banyak ulama dalam kegiatan politiknya.
Dalam waktu singkat, Masyumi berhasil berkembang pesat dengan membentuk cabang di setiap karesidenan. Hal ini memungkinkan Masyumi untuk meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana. Selain itu, organisasi ini juga menjadi wadah bagi tokoh-tokoh Islam untuk bertukar pikiran dan mendengarkan keluhan rakyat. Masyumi menjadi organisasi massa yang pro rakyat dan menentang keras campur tangan Jepang dalam pembentukannya.
Sikap tegas dan berani tokoh-tokoh Islam dalam Masyumi akhirnya dihargai oleh Jepang. Sebagai contoh, ketika ada acara seikerei yang mengharuskan orang untuk membungkukkan badan sampai 90 derajat ke arah Tokyo sebagai tanda penghormatan kepada Kaisar Jepang, Abdul Karim Amrullah menolak untuk melakukannya. Ia menyatakan bahwa seikerei bertentangan dengan ajaran Islam karena hanya rukuk kepada Tuhan dan menghadap ke kiblat. Akibatnya, orang-orang Islam diberi kebebasan untuk tidak melakukan seikerei.
Perkembangan dan peran Masyumi dalam pergerakan politik di Indonesia telah membawa dampak positif. Organisasi ini menjadi pejuang yang membela rakyat dan menjadi wadah bagi tokoh-tokoh Islam untuk berkontribusi dalam pembangunan negara.