Misteri Pak Bromo **
** Hari ini, Erin dan teman-temannya punya misi: menguji Pak Bromo, guru mereka yang terkenal cuek. Mereka yakin Pak Bromo tak tertarik dengan apapun, bahkan guru seksi baru di sekolah. Mereka menculik Pak Bromo dari rumahnya di pegunungan dan mengikatnya bersama teman-temannya di depan televisi besar. Mereka memutar film-film dengan adegan sensual, berharap Pak Bromo menunjukkan reaksi. "Oke, kalian menculikku hanya untuk menguji apakah aku gay atau tidak?" tanya Pak Bromo dengan tenang. "Ya, tentu. Kami ragu kau tak tertarik dengan wanita atau pria," jawab Erin. "Pertama, aku bukan seorang mesum atau hyperseks. Kedua, aku tak suka keduanya secara seksual. Namun, jika mereka mengikat perasaan denganku secara romantis, aku menyukainya. Pria atau wanita, aku tak peduli, asalkan hubungannya romantis. Seks membuatku tak nyaman," jelas Pak Bromo. "Namun, bukan berarti aku aseksual. Aku suka seks dengan lawan jenis, tapi tak sebanyak itu. Tak dengan sesama jenis." "Oke, jadi kamu itu apa?" tanya Erin penasaran. "Panromantic heteroseksual, namun lebih condong ke grayseksual," jawab Pak Bromo. "Oke, terima kasih. Sialan, aku kalah tantangan," ucap Erin kecewa. "Sudah kubilang dia bukan homo. Jadi, di mana sepuluh dolarku?" tanya Lia. "Ini, ambilah," jawab Erin sambil menyerahkan uangnya. Erin dan teman-temannya akhirnya mengerti. Pak Bromo memang tak tertarik dengan seks, tapi dia punya perasaan romantis yang tak terikat dengan gender. Mereka belajar bahwa orientasi seksual dan romantisme adalah hal yang berbeda, dan tak semua orang mengikuti norma yang umum.