Kajian Tafsir Ayat 20 Surat Al-Isra: Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer
Ayat 20 Surat Al-Isra merupakan salah satu ayat yang memiliki makna mendalam dan relevansi yang tinggi dalam kehidupan umat Islam. Ayat ini berbicara tentang pemberian rezeki Allah kepada manusia, baik yang taat maupun yang durhaka. Kajian tafsir terhadap ayat ini telah dilakukan oleh para ulama dari masa ke masa, memberikan pemahaman yang komprehensif dan multidimensi. Dalam artikel ini, kita akan mendalami berbagai perspektif ulama klasik dan kontemporer mengenai tafsir Ayat 20 Surat Al-Isra, serta melihat bagaimana interpretasi mereka dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern.
Teks dan Terjemahan Ayat 20 Surat Al-Isra
Sebelum kita menyelami kajian tafsir Ayat 20 Surat Al-Isra, mari kita perhatikan teks ayat dan terjemahannya:
"Kullān numiddu hā'ulā'i wa hā'ulā'i min 'aṭā'i rabbik, wa mā kāna 'aṭā'u rabbika maḥẓūrā"
"Kepada masing-masing (golongan), baik (golongan) ini (yang materialis) maupun (golongan) itu (yang spiritual), Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi." (QS. Al-Isra [17]: 20)
Ayat ini menjadi fokus kajian tafsir para ulama klasik dan kontemporer, yang akan kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini.
Perspektif Ulama Klasik tentang Ayat 20 Surat Al-Isra
Para ulama klasik seperti Ibnu Katsir, At-Thabari, dan Al-Qurthubi memiliki pandangan yang cukup serupa dalam menafsirkan Ayat 20 Surat Al-Isra. Mereka umumnya menekankan bahwa ayat ini berbicara tentang keadilan Allah dalam memberi rezeki kepada semua makhluk-Nya, tanpa membedakan antara yang beriman dan yang kafir.
Ibnu Katsir, misalnya, dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah memberikan rezeki kepada orang-orang yang taat dan yang bermaksiat di dunia ini. Namun, di akhirat nanti, hanya orang-orang yang beriman yang akan mendapatkan kenikmatan abadi. At-Thabari menambahkan bahwa pemberian Allah tidak terbatas dan tidak dapat dihalangi oleh siapapun, menunjukkan keluasan rahmat-Nya.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menekankan bahwa ayat ini juga mengandung peringatan bagi orang-orang yang kafir. Meskipun mereka mungkin mendapatkan kenikmatan dunia, hal itu tidak menjamin keselamatan mereka di akhirat.
Pandangan Ulama Kontemporer terhadap Ayat 20 Surat Al-Isra
Ulama kontemporer seperti Sayyid Quthb, Muhammad Abduh, dan Wahbah Az-Zuhaili memberikan perspektif yang lebih kontekstual dalam menafsirkan Ayat 20 Surat Al-Isra. Mereka tidak hanya melihat ayat ini dari sisi teologis, tetapi juga mengaitkannya dengan realitas sosial dan ekonomi.
Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an menekankan bahwa ayat ini menunjukkan keseimbangan dalam sistem kehidupan yang diciptakan Allah. Ia menegaskan bahwa perbedaan rezeki di antara manusia adalah bagian dari ujian Allah, bukan indikasi keridhaan atau kemurkaan-Nya.
Muhammad Abduh, dalam tafsirnya, mengaitkan ayat ini dengan konsep sunnatullah dalam distribusi rezeki. Ia berpendapat bahwa ayat ini mendorong manusia untuk berusaha dan tidak hanya mengandalkan takdir, karena Allah telah menyediakan kesempatan yang sama bagi semua orang.
Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menekankan aspek sosial dari ayat ini. Ia menafsirkan bahwa ayat ini mengajarkan pentingnya solidaritas sosial dan berbagi rezeki dengan orang lain, terlepas dari perbedaan keyakinan atau status sosial.
Relevansi Tafsir Ayat 20 Surat Al-Isra dalam Konteks Modern
Kajian tafsir Ayat 20 Surat Al-Isra memiliki relevansi yang tinggi dalam konteks kehidupan modern. Pemahaman yang mendalam tentang ayat ini dapat memberikan perspektif yang lebih luas dalam menyikapi berbagai isu kontemporer.
Dalam konteks ekonomi, ayat ini mengingatkan kita bahwa perbedaan tingkat ekonomi bukanlah ukuran nilai seseorang di hadapan Allah. Ini mendorong kita untuk membangun sistem ekonomi yang lebih adil dan inklusif, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesejahteraan.
Dari sisi sosial, tafsir ayat ini mengajarkan pentingnya toleransi dan solidaritas antar sesama manusia, terlepas dari latar belakang agama atau status sosial. Ini sangat relevan dalam konteks masyarakat yang plural dan multikultural seperti saat ini.
Dalam aspek spiritual, pemahaman yang mendalam tentang ayat ini dapat membantu kita menyikapi ujian kehidupan dengan lebih bijak. Kita diingatkan bahwa keberhasilan atau kegagalan material bukanlah ukuran utama dalam pandangan Allah, melainkan bagaimana kita menyikapi dan memanfaatkan apa yang telah diberikan kepada kita.
Kajian tafsir Ayat 20 Surat Al-Isra dari perspektif ulama klasik dan kontemporer memberikan pemahaman yang komprehensif tentang konsep rezeki dalam Islam. Para ulama klasik menekankan aspek teologis dan eskatologis dari ayat ini, sementara ulama kontemporer lebih menyoroti relevansinya dengan isu-isu sosial dan ekonomi modern. Kombinasi kedua perspektif ini memberikan panduan yang seimbang bagi umat Islam dalam menyikapi kehidupan dunia dan akhirat. Dengan memahami dan mengamalkan pesan-pesan yang terkandung dalam ayat ini, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, toleran, dan sejahtera, sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin.