Senioritas di SMP Masa Kini: Tradisi Usang atau Kebanggaan Generasi? **
Senioritas di SMP, sebuah tradisi yang telah ada selama bertahun-tahun, kini tengah dipertanyakan relevansinya di era modern. Di satu sisi, senioritas dianggap sebagai cara untuk membangun rasa kebersamaan dan tanggung jawab di antara siswa. Senior kelas dianggap sebagai panutan dan pembimbing bagi junior mereka, menciptakan ikatan yang kuat dan rasa kepemilikan terhadap sekolah. Namun, di sisi lain, senioritas juga seringkali dikaitkan dengan perilaku bullying dan intimidasi. Senior kelas merasa berhak untuk mengatur dan mengendalikan junior mereka, menciptakan suasana yang tidak nyaman dan bahkan menakutkan. Hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan mental dan emosional para junior, serta merusak iklim sekolah yang seharusnya kondusif untuk belajar. Pertanyaannya kemudian, apakah senioritas masih relevan di SMP masa kini? Apakah tradisi ini masih sejalan dengan nilai-nilai positif yang ingin kita tanamkan pada generasi muda? Sebagai siswa SMP, kita harus berani untuk mempertanyakan tradisi yang sudah ada dan mencari solusi yang lebih baik. Kita dapat membangun rasa kebersamaan dan tanggung jawab tanpa harus mengandalkan sistem senioritas yang berpotensi merugikan. Mungkin, kita dapat mengganti sistem senioritas dengan program mentoring yang lebih terstruktur dan positif. Program ini dapat melibatkan senior kelas sebagai mentor yang memberikan bimbingan dan dukungan kepada junior mereka, tanpa harus menggunakan kekuasaan atau intimidasi. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih positif dan inklusif, di mana semua siswa merasa dihargai dan dihormati, tanpa harus terbebani oleh tradisi usang yang tidak lagi relevan. Wawasan:** Senioritas di SMP adalah topik yang kompleks dan membutuhkan pemikiran kritis dari semua pihak. Kita harus berani untuk merombak tradisi yang sudah ada demi menciptakan lingkungan sekolah yang lebih baik dan mendukung perkembangan generasi muda.