Sayap Pelangi, Mimpi Bintang
Aisha, gadis kecil berambut pirang sebahu, tak pernah lelah menatap langit malam. Bukan sekadar bintang yang memikatnya, melainkan cerita-cerita yang dibisikkan angin tentang para *Lumin*, makhluk bersayap pelangi yang menjaga bintang-bintang. Di desanya, menjadi *Lumin* adalah cita-cita terlarang bagi perempuan. Hanya laki-laki yang dianggap memiliki kekuatan dan keberanian untuk mencapai "Sekolah Bintang," tempat para *Lumin* dilatih. Aisha berbeda. Ia rajin membaca buku-buku tua tentang astronomi, yang disembunyikan kakeknya. Ia hafal setiap rasi bintang, setiap nama planet. Ia bahkan membuat peta langit sendiri dari potongan-potongan kayu dan cat sisa. Keinginan Aisha untuk menjadi *Lumin* bukan sekadar mimpi, melainkan api yang membakar semangatnya. Suatu hari, ia menemukan sebuah gua tersembunyi di balik air terjun. Di dalam gua itu, tersimpan sebuah telur berkilauan, seukuran kepalan tangannya. Telur itu berdenyut lemah, memancarkan cahaya lembut. Aisha merawat telur itu dengan penuh kasih sayang, memberinya makan embun pagi dan membacakan kisah-kisah bintang. Lama kelamaan, telur itu menetas. Muncullah seekor *Seraphina*, makhluk kecil bersayap pelangi, seindah bayangan *Lumin* dalam mimpi Aisha. *Seraphina* memiliki kekuatan magis yang mampu memperkuat cahaya bintang. Dengan bantuan *Seraphina*, Aisha membuktikan kemampuannya kepada para tetua desa. Ia menunjukkan pemahamannya tentang langit, kemampuannya berkomunikasi dengan bintang, dan kekuatan *Seraphina* yang luar biasa. Akhirnya, Aisha diterima di Sekolah Bintang. Ia bukan hanya membuktikan bahwa perempuan mampu menjadi *Lumin*, tetapi juga menunjukkan bahwa cita-cita tak mengenal batasan gender, asalkan diiringi kerja keras, ketekunan, dan sebuah hati yang penuh mimpi. Kisah Aisha menjadi legenda, menginspirasi banyak gadis lain untuk mengejar mimpi mereka, seindah sayap pelangi yang menerangi langit malam. Cahaya bintang, kini, juga bersinar terang bagi mereka.