Menjadi Teladan, Bukan Hanya Mengajar **
Anekdot tentang Rahma, seorang remaja yang membuka bimbingan belajar di rumahnya, menggambarkan sebuah ironi. Rahma, yang dengan tegas menasihati murid-muridnya untuk menghargai waktu dan tidak membuangnya dengan sia-sia, ternyata melakukan hal yang sama. Ia terlambat pulang dari acara ulang tahun temannya, melanggar janji yang telah dibuatnya sendiri. Perilaku Rahma ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang makna menjadi teladan. Sebagai seorang pengajar, Rahma memiliki tanggung jawab besar untuk menunjukkan perilaku yang baik dan menginspirasi murid-muridnya. Namun, tindakannya yang tidak konsisten dengan nasihatnya sendiri justru dapat menimbulkan kebingungan dan ketidakpercayaan di mata murid-muridnya. Anak-anak, terutama di usia sekolah dasar, sangat mudah meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka dengar. Oleh karena itu, penting bagi seorang pengajar untuk menjadi teladan yang baik, bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan. Rahma mungkin bermaksud baik dalam menasihati murid-muridnya, namun tindakannya yang tidak konsisten justru dapat mengikis kredibilitasnya sebagai seorang pengajar. Murid-muridnya mungkin akan berpikir, "Kenapa Kak Rahma bisa terlambat, padahal dia sendiri yang melarang kami untuk membuang waktu?" Kejadian ini mengingatkan kita bahwa menjadi teladan adalah tanggung jawab yang besar. Kita harus selalu berusaha untuk konsisten antara kata dan perbuatan, agar dapat menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar kita, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam proses belajar dan tumbuh. Wawasan:** Kisah Rahma mengajarkan kita bahwa menjadi teladan bukan hanya tentang memberikan nasihat, tetapi juga tentang menunjukkan perilaku yang baik dan konsisten. Kita harus selalu berusaha untuk menjadi contoh yang baik bagi orang-orang di sekitar kita, agar dapat menginspirasi mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik.