Menyentuh Hati, Meraih Mimpi: Sebuah Kisah Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional **
** Hari itu, kelas 6A sedang riuh rendah. Ujian akhir semester sudah di depan mata, dan ketegangan terasa di udara. Namun, Bu Dewi, guru kelas mereka, punya rencana lain. Ia mengajak anak-anak untuk berlatih "mindfulness" sebelum memulai belajar. Dengan mata terpejam, mereka fokus pada napas, merasakan ketenangan yang menenangkan. Setelahnya, Bu Dewi mengajak mereka untuk menuliskan harapan dan mimpi mereka di kertas kecil, lalu menempelkannya di papan kelas. "Kita semua punya mimpi, dan kita bisa saling mendukung untuk meraihnya," ujar Bu Dewi. Suasana kelas berubah. Anak-anak yang tadinya tegang, kini saling bersemangat, berbagi mimpi dan harapan. Mereka belajar untuk saling menghargai, berempati, dan bekerja sama. Keesokan harinya, saat ujian dimulai, suasana kelas terasa berbeda. Anak-anak lebih tenang, fokus, dan saling mendukung. Mereka tidak lagi merasa terbebani, karena mereka tahu, mereka tidak sendirian. Pengalaman ini mengajarkan mereka bahwa pembelajaran sosial emosional bukan hanya tentang belajar mengendalikan emosi, tetapi juga tentang membangun hubungan yang positif, saling mendukung, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.