Irham, Sang Kambing Jantan **
Matahari pagi menyinari halaman rumah Lia. Udara sejuk berhembus lembut, membawa aroma tanah basah setelah hujan semalam. Hari ini adalah hari yang istimewa bagi Lia. Ia akan menyembelih kambing jantan kesayangannya, Irham. Irham adalah kambing yang kuat dan gagah. Bulunya berwarna cokelat kehitaman, dan tanduknya yang melengkung menambah kegagahannya. Lia sudah lama memelihara Irham, sejak ia masih anak kambing. Ia selalu merawat Irham dengan penuh kasih sayang. Namun, hari ini, Lia harus berpisah dengan Irham. Ia sudah bertekad untuk menyembelihnya. Ia ingin merasakan daging kambing yang segar dan lezat. Lia memanggil Irham dengan lembut. Irham pun datang menghampiri Lia. Ia menjilati tangan Lia dengan penuh kasih sayang. Lia mengelus kepala Irham dengan lembut. "Maafkan aku, Irham," bisik Lia. "Aku harus melakukan ini." Lia mengikat kaki Irham dengan tali. Ia kemudian mengambil pisau tajam dan menaruhnya di leher Irham. Irham meronta-ronta kesakitan. Ia berusaha melepaskan diri dari ikatan tali. Namun, Lia menahannya dengan kuat. Lia menarik napas dalam-dalam. Ia menutup matanya sejenak. Kemudian, dengan satu gerakan cepat, ia mengiris leher Irham. Darah Irham menyembur keluar. Irham terjatuh ke tanah. Ia menggeliat-geliat kesakitan. Lia terdiam. Ia menatap Irham yang tergeletak di tanah. Rasa sesak memenuhi dadanya. Ia merasa bersalah telah membunuh Irham. Namun, ia juga merasa lega. Ia telah mendapatkan daging kambing yang segar dan lezat. Lia mengubur Irham di halaman rumahnya. Ia menanam pohon mangga di atas kuburan Irham. Ia berharap, pohon mangga itu akan tumbuh subur dan berbuah lebat. Lia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan selalu mengingat Irham. Ia akan selalu mengenang kebaikan dan kasih sayang Irham. Catatan:** Cerita ini ditulis dengan sudut pandang Lia, yang menggambarkan perasaannya saat menyembelih Irham. Cerita ini tidak bermaksud untuk memuji atau menjustifikasi tindakan menyembelih hewan.