Kertas Layang-layang dan Janji Persahabatan **
Mentari pagi menyapa dengan hangat, menerobos celah-celah daun pohon mangga di halaman rumah Rara. Ia duduk di teras, tangannya sibuk merangkai kertas layang-layang berwarna-warni. Di sebelahnya, duduk sahabatnya, Dinda, yang sedang menggambar di buku sketsanya. "Rara, nanti kita main layang-layang di lapangan, ya?" tanya Dinda, matanya masih fokus pada gambarnya. "Tentu, Din. Aku sudah buat layang-layang baru, lho!" jawab Rara, menunjukkan layang-layang buatannya. Keduanya pun bersemangat menuju lapangan. Angin bertiup sepoi-sepoi, membawa layang-layang mereka terbang tinggi di langit biru. Rara dan Dinda tertawa riang, saling bercerita dan bercanda. "Rara, aku janji, kita akan tetap berteman selamanya, ya?" ucap Dinda, matanya berkaca-kaca. "Tentu, Din. Kita akan selalu bersama, apapun yang terjadi," jawab Rara, tangannya menggenggam erat tangan Dinda. Hari demi hari berlalu, Rara dan Dinda selalu bersama. Mereka berbagi suka dan duka, saling mendukung dalam setiap langkah. Namun, takdir berkata lain. Dinda harus pindah ke kota lain bersama keluarganya. "Rara, aku akan sangat merindukanmu," ucap Dinda, air matanya mengalir deras. "Aku juga, Din. Tapi, janji kita tetap berlaku, kan?" tanya Rara, matanya berkaca-kaca. Dinda mengangguk, "Tentu, Rara. Kita akan tetap berteman, meskipun jarak memisahkan kita." Sejak saat itu, Rara dan Dinda tetap berhubungan melalui surat dan telepon. Mereka saling bercerita tentang kehidupan masing-masing, berbagi mimpi dan harapan. Meskipun jarak memisahkan, persahabatan mereka tetap terjalin erat, seperti benang layang-layang yang tak terputus. Pesan:** Persahabatan sejati tak mengenal jarak dan waktu. Ia akan tetap terjalin erat, meskipun dipisahkan oleh ruang dan waktu. Seperti layang-layang yang terbang tinggi di langit, persahabatan akan selalu menjadi penuntun dan penguat dalam setiap langkah kehidupan.