Kritik Film "Ancika Dia yang Bersamaku 1995
Film "Ancika Dia yang Bersamaku 1995" adalah sebuah sekuel dari "Dilan 1990" yang disutradarai oleh Beni Setiawan dan dirilis pada 11 Januari 2024. Film ini diambil dari kisah nyata seorang remaja di Bandung pada tahun 1995 yang ditulis ulang menjadi novel oleh Pidi Baiq. Cerita film ini berpusat pada cinta baru Dilan setelah putus dengan Milea. Film ini mengambil latar kota Bandung dan diperankan oleh Arbani Yasiz sebagai Dilan dan Azizi Asadel sebagai Ancika. Dilan, yang dulunya adalah panglima geng motor, jatuh cinta pada Ancika, seorang perempuan yang sangat membenci geng motor. Ancika juga tidak suka berpacaran dan jelas tidak suka Dilan. Dilan harus mencari cara untuk menaklukkan perempuan yang sangat berbeda dengan Milea, mantan pacarnya. Selisih usia dan lingkungan membuat perjuangan Dilan semakin berat, terutama dengan sikap dewasa Ancika yang tidak sesuai dengan usianya. Ancika juga cemburuan. Namun, cinta memang harus diperjuangkan, bukan? Film ini merupakan sekuel dari "Dilan 1990" yang awalnya diperankan oleh Iqbal Ramadhan dan Vanesha Prescilla. Namun, dalam "Ancika Dia yang Bersamaku 1995", pemainnya digantikan oleh pemain baru. Banyaknya pergantian pemain ini membuat penonton merasa kecewa, terutama karena jiwa Dilan dan Milea yang sudah melekat pada Iqbal dan Vanesha. Hal ini membuat penonton merindukan para pemeran sebelumnya. Terbukti, film "Ancika Dia yang Bersamaku 1995" tidak begitu diminati seperti "Dilan 1990" yang sangat populer pada masanya. Peran musik dalam film ini sangat berpengaruh. Pemilihan musik yang cocok dengan latar dan adegan membuat penonton merasakan emosi yang kuat. Namun, musiknya terlalu sedih untuk Dilan yang sedang jatuh cinta kembali setelah putus dengan Milea. Film "Ancika Dia yang Bersamaku 1995" mampu membuktikan bahwa orang lama belum tentu menjadi pemenang dan orang baru juga bisa menjadi pemenang. Cinta masa lalu hanyalah fantasi yang tidak nyata. Dalam kesimpulan, film "Ancika Dia yang Bersamaku 1995" merupakan sekuel yang tidak mampu menandingi kesuksesan "Dilan 1990". Pergantian pemain dan musik yang kurang cocok menjadi faktor penurunan minat penonton. Namun, film ini tetap menghadirkan cerita cinta yang menarik dan mengajarkan bahwa cinta tidak mengenal batasan usia dan latar belakang.