Perjalanan Si Bungkuk dan Si Panjang
Pada suatu hari, ada dua orang laki-istri yang sedang berjalan. Mereka sampai di sebuah sungai dan mencari perahu untuk menyeberang, namun tidak ada perahu yang tersedia. Mereka pun berhenti di tepi sungai dengan kebingungan. Si suami, yang sudah tua dan bungkuk, berpikir bahwa sungai tersebut sangat dalam. Ia berkata, "Bagaimana cara kita menyeberangi sungai ini?" Di seberang sungai, ada seorang Bedawi yang duduk. Si suami pun memanggilnya dan meminta agar ia menyeberangkan mereka berdua karena mereka tidak bisa berenang. Si Bedawi mendengar permintaan mereka dan melihat bahwa istri si suami memiliki paras yang cantik. Dalam hatinya, si Bedawi merasa beruntung. Ia pun turun ke sungai dan merendahkan dirinya, sehingga air hanya sampai ke lehernya. Kemudian, ia berjalan menuju si suami yang bungkuk dan istri mereka. Si suami berkata, "Tolonglah kami menyeberangi sungai ini." Si Bedawi menjawab, "Hanya satu orang yang bisa saya bawa karena air ini cukup dalam." Analisis kebahasaan yang menjadi ciri khas hikayat pada teks nomor 4 adalah penggunaan bahasa yang kaya akan ungkapan dan perumpamaan. Dalam teks ini, terdapat beberapa contoh seperti "Masyhudulhakk pun besarlah", "bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu", dan "air sungai itu dalam juga". Jumlah kebahasaan yang menjadi ciri khas hikayat pada teks nomor 4 adalah 3. Jika cerita ini akan dialihwahanakan menjadi sebuah cerpen, tokoh yang akan digunakan sebagai penggerak cerita adalah si Bedawi. Cerita dapat dikembangkan dengan mengeksplorasi latar belakang dan motivasi si Bedawi, serta konflik yang muncul ketika ia harus memilih antara membantu si suami yang bungkuk dan istri mereka atau memanfaatkan kesempatan untuk keuntungannya sendiri.