Perbedaan Birokrasi Indonesia pada Masa Kepemimpinan Soeharto, SBY, dan Jokowi
Birokrasi adalah salah satu aspek penting dalam pemerintahan suatu negara. Hal ini juga berlaku di Indonesia, di mana birokrasi memiliki peran yang signifikan dalam menjalankan tugas-tugas administratif dan kebijakan publik. Namun, birokrasi Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan selama masa kepemimpinan Soeharto, SBY, dan Jokowi. Artikel ini akan membahas perbedaan birokrasi Indonesia pada masa-masa tersebut. Pada masa kepemimpinan Soeharto, birokrasi Indonesia dikenal dengan istilah "birokrasi patrimonial". Birokrasi ini didominasi oleh patronase dan nepotisme, di mana jabatan-jabatan penting dalam birokrasi sering kali diisi oleh orang-orang yang memiliki hubungan pribadi atau politik dengan Soeharto. Hal ini menyebabkan birokrasi menjadi korup dan tidak efisien, karena kepentingan pribadi sering kali diutamakan daripada kepentingan publik. Namun, pada masa kepemimpinan SBY, terjadi perubahan dalam birokrasi Indonesia. SBY berusaha untuk melakukan reformasi birokrasi dengan mengurangi praktik patronase dan nepotisme. Ia juga mengimplementasikan sistem meritokrasi, di mana jabatan-jabatan dalam birokrasi diberikan berdasarkan kemampuan dan prestasi, bukan hubungan pribadi atau politik. Hal ini membawa perubahan positif dalam birokrasi Indonesia, di mana korupsi dan nepotisme berkurang, dan efisiensi meningkat. Selanjutnya, pada masa kepemimpinan Jokowi, terjadi perubahan lebih lanjut dalam birokrasi Indonesia. Jokowi mengusulkan program reformasi birokrasi yang lebih komprehensif, dengan fokus pada digitalisasi dan pemberdayaan masyarakat. Ia juga mengurangi birokrasi yang berlebihan dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan birokrasi yang lebih responsif, transparan, dan efisien. Dalam kesimpulan, birokrasi Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan pada masa kepemimpinan Soeharto, SBY, dan Jokowi. Dari birokrasi patrimonial yang korup dan tidak efisien pada masa Soeharto, menjadi birokrasi yang lebih meritokratis dan efisien pada masa SBY, dan kemudian menjadi birokrasi yang lebih responsif dan transparan pada masa Jokowi. Perubahan ini menunjukkan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas birokrasi dan memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat.