Keberadaan Sumur Tiban di Sawah Pak Nababan: Antara Tahayul dan Ilmu Geografi
Pada suatu pagi yang cerah di bulan November, Bapak Yusuf Kala Nababan pergi ke sawah di sebelah barat desa di mana beliau bertempat tinggal. Sesampai di tengah sawahnya, tiba-tiba terlihat ada sumur berdiameter sekitar 2 meter berisi air yang sangat jernih. Alangkah kagetnya Bapak Nababan karena sebelumnya tidak ada sumur di tengah sawahnya, dan ia merasa tidak pernah membuat sumur di tempat itu. Ditanyakanlah kepada Tetua kampong tentang sumur tersebut. Tetua kampong mengatakan bahwa sumur itu adalah sumur tiban (Jawa), yang artinya tiba-tiba ada. Pembuatnya adalah "ratu naga yang bermukim di puncak Gunung Himalaya". Sumur itu dibuat olehnya tadi malam pukul 24.00. Berdasarkan pendapat Tetua kampong itu, kemudian orang datang berbondong-bondong untuk meminum atau mengambil air sumur dalam rangka mengobati penyakit yang dideritanya. Namun, pendapat Tetua kampong tentang sumur tiban ini tidak berdasarkan pada pengetahuan atau ilmu geografi. Mengapa? Karena pendapat Tetua kampong itu berdasarkan "tahayul", yang tidak masuk akal atau irasional, dan tidak ilmiah. Demikian juga orang-orang yang mendatangi sumur untuk meminum atau mengambil air dalam rangka mengobati penyakit, adalah cara berpikir yang tidak logis dan bertentangan dengan penalaran akal sehat. Tidak ada bukti nyata yang menguatkan pendapat Tetua kampong, dan tidak ada hasil uji laboratorium yang menyatakan bahwa air sumur ini mengandung obat penyakit tertentu. Pendapat atau cara berpikir yang demikian bukan berdasarkan pada ilmu pengetahuan geografi, sebab geografi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah, dan ilmu atau pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Beberapa hari kemudian, datanglah orang untuk meneliti sebab-sebab terjadinya sumur tiban di sawah milik Pak Nababan. Orang itu kemudian menyelam ke dasar sumur, mencari sesuatu, dan ditemukanlah batu hitam. Beberapa liter air sumur juga diambil dan dibawa pulang untuk diuji di laboratorium. Hasilnya menunjukkan bahwa batu itu adalah batu meteorit dan air yang berada dalam sumur tiban ini adalah seperti layaknya air sumur di sekitarnya, tidak mengandung unsur tertentu yang dapat menyembuhkan penyakit. Cara kerja dan pengetahuan yang didapat dengan cara demikian adalah sesuai dengan ilmu geografi karena bersifat ilmiah, logis, dan sesuai dengan penalaran akal sehat. Hal ini diperoleh melalui hasil uji laboratorium yang dapat dipercaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberadaan sumur tiban di sawah Pak Nababan tidak dapat dijelaskan dengan cara-cara yang bersifat tahayul atau tidak ilmiah. Pengetahuan geografi yang didasarkan pada metode ilmiah dan bukti-bukti yang dapat dipercaya adalah yang dapat memberikan penjelasan yang rasional dan logis. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengedepankan pengetahuan yang ilmiah dan logis dalam memahami fenomena alam di sekitar kita.