Kisah Luther dan Erin **
Luther, seorang ibu rumah tangga, sedang berbincang dengan putrinya, Erin, di rumah. Erin, dengan rasa ingin tahu yang khas anak-anak, bertanya kepada ibunya tentang pekerjaan di "neraka". "Bu, kau demonkan dan pekerjaanmu di neraka apa? Apakah benar orang gay dan ... masuk neraka?" tanya Erin polos. Luther, terdiam sejenak, mengingat masa lalunya sebagai pengawas penyiksaan penyimpangan seksual. Ia pernah menyaksikan pedofilia, zofilia, fetisme, dan homoseksual dihukum karena tindakan zina mereka. "Ya, itu ...," jawab Luther, suaranya sedikit gemetar. Ia teringat dengan jelas pemandangan mengerikan yang pernah ia lihat. Lesbian yang bagian bawahnya dibarut gunting dan gergaji, tubuh mereka berlumuran darah. "Sejujurnya, ya. Tapi ya itu terserah manusia saja ingin kesenangan di dunia atau tetap bisa masuk surga," lanjut Luther, berusaha meringankan suasana. "Mungkin para pendosa itu ingin melihat wajah rupawan-ku," candanya, mencoba menyembunyikan rasa jijik yang masih tertinggal dalam dirinya. Erin, yang masih terlalu muda untuk memahami kompleksitas dosa dan hukuman, hanya mengangguk, matanya berbinar-binar. Luther, melihat wajah polos putrinya, merasa lega. Ia berharap Erin tidak akan pernah harus menghadapi kenyataan mengerikan yang pernah ia alami. Catatan:** Cerita ini hanya sebuah narasi fiktif yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan artikel. Cerita ini tidak bermaksud untuk menyakiti atau menghina siapa pun.