Mengapa Angklung Harus Dilestarikan di Indonesia?
Pendahuluan: Angklung, alat musik tradisional Indonesia, telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 16 November 2010. Namun, meskipun statusnya sebagai warisan budaya dunia, angklung masih menghadapi tantangan dalam pelestariannya di Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi alasan mengapa angklung harus dilestarikan di Indonesia dan mengapa generasi muda harus terlibat dalam pelestariannya. <br/ >Bagian 1: Masalah Pelestarian Angklung di Indonesia <br/ >Meskipun angklung telah diakui sebagai warisan budaya dunia, pelestariannya di Indonesia masih menghadapi tantangan. Salah satu masalah utama adalah kurangnya generasi muda yang tertarik pada angklung. Tidak adanya generasi muda yangat dalam pembuatan dan penampilan angklung telah membuat pelestariannya menjadi tantangan. Selain itu, kurangnya kesadaran akan nilai sejarah dan budaya angklung juga berkontribusi pada kurangnya minat generasi muda. <br/ >Bagian 2: Kecenderungan Positif Angklung di Luar Negeri <br/ >Di sisi lain, angklung telah menunjukkan kecenderungan positif di luar negeri. Alat musik ini telah dimainkan di lebih dari 131 negara, baik di sekolah maupun di komunitas. Contoh dari ini termasuk di Amerika Serikat, di mana angklung telah dimainkan di universitas di Pennsylvania dan Hawaii. Paradox ini menunjukkan bahwa angklung lebih diminati di negara lain daripada di negara asalnya. Hal ini menyoroti pentingnya pelestarian angklung di Indonesia. <br/ >Bagian 3: Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Angklung <br/ >Untuk memastikan pelestarian angklung di Indonesia, generasi muda harus terlibat dalam pelestariannya. Mereka harus didorong untuk belajar cara membuat dan memainkan angklung, serta mengenal nilai sejarah dan budaya alat musik ini. Dengan melibatkan generasi muda dalam pelestariannya, kita dapat memastikan bahwa angklung tidak akan menjadi warisan budaya yang hilang. <br/ >Bagian 4: Memasukkan Angklung ke dalam Kurikulum Sekolah <br/ >Selain melibatkan generasi muda dalam pelestariannya, angklung juga harus dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dari tingkat dasar. Hal ini akan membantu memastikan bahwa generasi muda akan belajar tentang nilai sejarah dan budaya angklung,perkenalkan mereka pada alat musik ini. Dengan memasukkan angklung ke dalam kurikulum sekolah, kita dapat memastikan bahwa pelestariannya akan terus berlanjut. <br/ >Kesimpulan: Angklung, alat musik tradisional Indonesia, telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Namun, pelestariannya di Indonesia masih menghadapi tantangan, terutama karena kurangnya generasi muda yang tertarik pada angklung. Oleh karena itu, sangat penting bagi generasi muda untuk terlibat dalam pelestariannya dan untuk memasukkan angklung ke dalam kurikulum sekolah. Dengan melakukannya, kita dapat memastikan bahwa angklung tidak akan menjadi warisan budaya yang hilang.