Menelisik Jenis Harta Wajib Zakat dalam Perspektif Fiqih
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang penting dan memiliki peran besar dalam distribusi kekayaan dan pemerataan ekonomi dalam masyarakat. Dalam perspektif fiqih, zakat memiliki berbagai ketentuan dan hukum yang harus dipahami oleh setiap Muslim. Salah satunya adalah tentang jenis harta yang wajib dizakati. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang jenis harta yang wajib dizakati, cara menghitung nisab dan haul, hukum zakat profesi, pendapat ulama tentang zakat harta temuan atau rikaz, dan syarat-syarat harta yang wajib dizakati.
Apa saja jenis harta yang wajib dizakati menurut perspektif fiqih?
Jenis harta yang wajib dizakati menurut perspektif fiqih cukup beragam. Pertama, ada emas dan perak yang telah mencapai nisab dan haul. Kedua, ada uang dan barang dagangan yang nilainya setara dengan nisab emas atau perak. Ketiga, ada hasil pertanian, buah-buahan, dan biji-bijian yang telah mencapai nisab. Keempat, ada hewan ternak seperti unta, sapi, dan kambing yang telah mencapai nisab. Kelima, ada harta temuan atau rikaz. Keenam, ada harta hasil pertambangan. Ketujuh, ada harta yang diperoleh dari laut seperti mutiara dan lainnya.
Bagaimana cara menghitung nisab dan haul dalam zakat?
Nisab dan haul adalah dua hal penting dalam menentukan kewajiban zakat. Nisab adalah batas minimal jumlah harta yang dapat dizakati, sedangkan haul adalah periode waktu kepemilikan harta tersebut. Cara menghitungnya berbeda-beda tergantung jenis hartanya. Misalnya, untuk emas, nisabnya adalah 85 gram dan haulnya adalah satu tahun. Untuk perak, nisabnya adalah 595 gram dan haulnya juga satu tahun. Untuk hewan ternak, nisab dan haulnya berbeda-beda tergantung jenis dan jumlah ternaknya.
Apa hukumnya zakat profesi dalam perspektif fiqih?
Zakat profesi dalam perspektif fiqih adalah wajib. Ini berdasarkan pendapat sebagian ulama yang menganggap bahwa zakat profesi termasuk dalam kategori zakat maal atau harta. Mereka berpendapat bahwa penghasilan dari profesi adalah harta yang bisa tumbuh dan berkembang, sehingga harus dizakati. Namun, ada juga ulama yang berpendapat bahwa zakat profesi tidak wajib karena tidak disebutkan secara spesifik dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Bagaimana pendapat ulama tentang zakat harta temuan atau rikaz?
Zakat harta temuan atau rikaz adalah wajib menurut perspektif fiqih. Ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa pada harta temuan ada hak bagi Allah dan Rasul-Nya. Zakat rikaz adalah sebesar 20% atau seperlima dari total harta temuan tersebut.
Apa saja syarat-syarat harta yang wajib dizakati?
Syarat-syarat harta yang wajib dizakati menurut perspektif fiqih antara lain: pertama, harta tersebut adalah milik penuh dan tidak ada sengketa. Kedua, harta tersebut telah mencapai nisab. Ketiga, harta tersebut telah mencapai haul atau telah dimiliki selama satu tahun. Keempat, harta tersebut dapat tumbuh dan berkembang. Kelima, harta tersebut bukan termasuk harta pokok hidup atau kebutuhan sehari-hari.
Mengetahui jenis harta yang wajib dizakati dan cara menghitung nisab dan haul adalah penting bagi setiap Muslim. Selain itu, memahami hukum zakat profesi dan zakat harta temuan atau rikaz juga tidak kalah pentingnya. Dengan memahami semua ini, diharapkan setiap Muslim dapat melaksanakan kewajiban zakatnya dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan dalam fiqih. Selain itu, dengan melaksanakan zakat, diharapkan dapat membantu pemerataan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.