Ria dan Aturannya yang Tak Tergoyahkan **
** Matahari pagi menyinari rumah Ria, namun suasana di dalamnya terasa dingin. Ria, sang adik bungsu, duduk di kamarnya dengan wajah muram. Kemarahan dan kesedihan bercampur aduk dalam hatinya. Gracia, kakak keduanya, telah melanggar aturan yang Ria buat: tidak boleh pacaran. Ria merasa dikhianati. Ia telah membuat aturan itu dengan tujuan menjaga keluarganya agar tetap utuh dan bahagia. Namun, Gracia, yang biasanya selalu patuh, kini telah mengabaikannya. Ria bahkan menolak turun untuk makan, hatinya terlalu sakit untuk melihat wajah Gracia. Orang tua Ria memahami perasaan Ria dan mendukung aturan yang dibuatnya. Mereka tahu bahwa Ria adalah anak yang bertanggung jawab dan selalu memikirkan kebaikan keluarganya. Keesokan harinya, Ria akhirnya turun untuk makan siang. Namun, ia memilih duduk di samping Shani, kakak tertuanya, bukan di samping Gracia. Suasana makan siang terasa canggung, dipenuhi oleh keheningan dan ketegangan. Setelah makan siang, Ria bergegas menuju Markas Besar Defensor, organisasi yang ia dirikan. Defensor, yang beranggotakan 320.000.000 orang, bertujuan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Ria, dengan tekad yang kuat, memimpin organisasi ini dengan penuh semangat. Saat Ria tiba di markas, Dennis, wakilnya, menyambutnya dengan hangat. Ria merasa sedikit lega, kehadiran Dennis dan anggota Defensor lainnya sedikit meringankan beban di hatinya. Ria tahu bahwa ia harus menghadapi masalah dengan Gracia. Namun, ia juga tahu bahwa ia harus tetap teguh pada prinsipnya. Aturan yang ia buat bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk kebaikan semua anggota keluarganya. Ria percaya bahwa dengan waktu dan komunikasi yang baik, ia bisa menyelesaikan masalah ini dan menjaga keharmonisan keluarganya.