Pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam Bidang Politik di Indonesi
Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dengan disahkannya UUD 1945 sebagai konstitusi negara, pancasila sebagai dasar negara, perjuangan pada masa pasca proklamasi adalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa. Salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan mempertahankan kemerdekaan bangsa yang telah lama diraih oleh pejuang-pejuang bangsa. Cara mempertahankannya sendiri adalah diantaranya dengan mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi di Indonesia sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penentuan sistem pemerintahan yang baik, yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan belajar dari sejarah, kita dapat memetik ilmu serta dapat menganalisis baik buruknya dampak yang ditimbulkan oleh pelaksanaan demokrasi parlementer dalam bidang politik di Indonesia. Demokrasi parlementer adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan eksekutif berasal dari parlemen atau badan legislatif. Di Indonesia, pelaksanaan demokrasi parlementer dimulai pada masa awal kemerdekaan, dengan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945. BPUPKI bertugas untuk menyusun dasar negara dan konstitusi yang akan menjadi landasan bagi negara Indonesia yang baru merdeka. Hasil dari kerja BPUPKI adalah UUD 1945, yang kemudian disahkan sebagai konstitusi negara. Dalam pelaksanaan demokrasi parlementer, parlemen memiliki peran yang sangat penting. Parlemen adalah badan legislatif yang mewakili suara rakyat dan bertugas membuat undang-undang serta mengawasi pemerintahan. Di Indonesia, parlemen terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Anggota parlemen dipilih melalui pemilihan umum dan bertugas mewakili kepentingan rakyat di dalam pembuatan kebijakan negara. Salah satu keuntungan dari pelaksanaan demokrasi parlementer adalah adanya sistem check and balance antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden dan kabinetnya, sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh parlemen. Dengan adanya sistem check and balance ini, diharapkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat lebih terkontrol dan sesuai dengan kepentingan rakyat. Namun, pelaksanaan demokrasi parlementer juga memiliki tantangan dan kendala. Salah satu tantangan utama adalah adanya perbedaan pendapat dan kepentingan di antara anggota parlemen. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya proses pengambilan keputusan dan pembuatan undang-undang. Selain itu, adanya korupsi dan politik uang juga menjadi kendala dalam pelaksanaan demokrasi parlementer di Indonesia. Dalam menghadapi tantangan dan kendala tersebut, diperlukan upaya untuk memperkuat demokrasi parlementer di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses politik. Masyarakat perlu diberdayakan untuk ikut serta dalam pemilihan umum dan mengawasi kinerja anggota parlemen. Selain itu, perlu juga dilakukan reformasi politik untuk mengurangi korupsi dan politik uang di dalam sistem politik Indonesia. Dalam kesimpulan, pelaksanaan demokrasi parlementer dalam bidang politik di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa. Meskipun memiliki tantangan dan kendala, dengan upaya yang tepat, demokrasi parlementer dapat menjadi sistem pemerintahan yang baik dan sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.