Senyum Kembali di Wajah Lia dan Sila **
Matahari sore menerobos jendela kamar, menerangi wajah enam gadis cantik yang sedang asyik dengan kegiatan masing-masing. Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine, enam bersaudara yang selalu ceria, kini tampak lesu. Suara tangisan Lia dan Sila, adik mereka, terdengar samar dari lantai bawah. Argantara dan Veranda, orang tua mereka, terlihat cemas. "Ada apa, sayang?" tanya Veranda, menghampiri Lia dan Sila yang terduduk di sofa, air mata membasahi pipi mereka. "Kak, Lia dan Sila tidak mau sekolah lagi," ucap Shani, suaranya bergetar. "Kenapa, sayang?" tanya Argantara, memeluk kedua putrinya. "Di sekolah, Lia dan Sila di-bully," jawab Sila, suaranya terisak. Argantara dan Veranda saling berpandangan, hati mereka teriris mendengar cerita anak-anaknya. Mereka langsung memanggil keenam putri mereka ke ruang keluarga. "Anak-anak, Papa dan Mama tahu kalian sedih. Tapi, jangan biarkan bully membuat kalian takut untuk belajar. Kalian harus kuat, dan ingat, Papa dan Mama selalu ada untuk kalian," ucap Argantara, suaranya tegas namun lembut. Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine bergantian menghibur Lia dan Sila. Mereka bercerita tentang pengalaman mereka di sekolah, tentang teman-teman baik mereka, dan tentang betapa menyenangkannya belajar bersama. Lama kelamaan, tangis Lia dan Sila mulai mereda. Mereka mulai tersenyum, dan perlahan rasa takut mereka sirna. "Kak, Lia dan Sila mau sekolah lagi," ucap Lia, matanya berbinar. "Iya, Kak. Lia dan Sila mau belajar lagi," tambah Sila, senyum mengembang di wajahnya. Argantara dan Veranda tersenyum lega. Mereka tahu, anak-anak mereka akan baik-baik saja. Mereka akan menghadapi bully dengan kepala tegak, dan mereka akan terus belajar dan meraih mimpi-mimpi mereka. Pesan:** Kisah Lia dan Sila mengajarkan kita bahwa bully bukanlah hal yang mudah dihadapi. Namun, dengan dukungan keluarga dan teman-teman, kita bisa melewati masa-masa sulit ini. Ingatlah, kita tidak sendirian.