Program Pinjaman Nasional Indonesia dan Diplomasi dengan India Pasca Proklamasi Kemerdekaan
<br/ >Pada tanggal 29 April 1946, pemerintah Indonesia meluncurkan program pinjaman nasional melalui UU No. 4 Tahun 1946. Program ini memungkinkan warga negara untuk memberikan pinjaman kepada negara dalam bentuk uang rupiah dengan obligasi sebagai bukti pengakuan. Dalam program ini, masyarakat akan menerima pengembalian hutang beserta bunga yang timbul. Hasil dari penjualan obligasi mencapai dana sebesar Rp500 juta, mencapai 80% dari target yang ditetapkan. Dalam waktu kurang dari satu tahun, target pinjaman nasional berhasil tercapai, yaitu Rp1 miliar, yang membantu menyelamatkan perekonomian Indonesia. <br/ > <br/ >Namun, setelah sukses dengan Program Pinjaman Nasional, muncul masalah baru terkait proses pengembalian dana kepada masyarakat. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan diplomasi dengan India pasca proklamasi kemerdekaan. Diplomasi ini bertujuan untuk memperoleh pengakuan de facto dan de jure dari negara lain terhadap kemerdekaan Indonesia. India, sebagai salah satu negara yang memberikan dukungan pada 2 September 1946, memberikan dukungan politis yang kuat. <br/ > <br/ >Dukungan India terhadap kemerdekaan Indonesia didasari oleh beberapa faktor, antara lain perasaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa yang pernah terjajah oleh kekuatan Barat, kedekatan sejarah dan budaya antara India dan Indonesia sejak abad ke-5 Masehi, hubungan akrab antara pemimpin kedua negara, serta upaya diplomasi beras yang dilakukan oleh Sutan Sjahrir pada tahun 1946. <br/ > <br/ >Saat itu, India sedang mengalami krisis pangan dan bencana kelaparan berskala nasional. Sutan Sjahrir, menyadari kondisi tersebut, menginisiasi diplomasi beras dengan India. Tujuan dari diplomasi ini tidak hanya berbasis kemanusiaan, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara. <br/ > <br/ >Melalui kerja sama dan diplomasi yang kuat antara Indonesia dan India, kedua negara berhasil memperkuat hubungan politik dan ekonomi mereka, serta saling mendukung dalam upaya menjaga kedaulatan dan kemerdekaan masing-masing.