Perlawanan Arek-Arek Suroboap Kolonial Belanda dan Inggris sebelum Kemerdekaa
Sebelum kemerdekaan Indonesia, kota Suroboyo di Jawa Timur menjadi pusat perlawanan terhadap penjajah Belanda dan Inggris. Arek-Arek Suroboyo, sebutan untuk penduduk kota tersebut, menunjukkan keberanian dan keteguhan mereka dalam menghadapi penjajah asing. Mereka tidak takut untuk berjuang dan berkorban demi kemerdekaan mereka dan tanah air mereka. Perlawanan mereka terhadap penjajah Belanda dan Inggris dimulai pada awal abad ke-19, ketika kedua kekuatan tersebut mencoba untuk mengontrol perdagangan dan sumber daya alam di wilayah tersebut. Arek-Arek Suroboyo, yang tidak ingin kehilangan kemandirian mereka, mulai mengorganisir diri mereka sendiri dan berjuang melawan penjajah tersebut. Salah satu perlawanan terkenal adalah Pemberontakan Sambermedis pada tahun 1808, di mana Arek-Arek Suroboyo menolak untuk membayar pajak kepada pemerintah Belanda dan mulai mempertahankan kemerdekaan mereka sendiri. Pemberontakan ini menjadi titik balik dalam sejarah Suroboyo, karena menunjukkan bahwa Arek-Arek Suroboyo tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Selain itu, Arek-Arek Suroboyo juga menunjukkan keberanian mereka dalam menghadapi penjajah Inggris selama Perang Dunia II. Mereka membentuk pasukan pertahanan sendiri dan berjuang melawan pasukan Inggris, menunjukkan bahwa mereka tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Perlawanan Arek-Arek Suroboyo terhadap penjajah Belanda dan Inggris sebelum kemerdekaan Indonesia adalah contoh yang menginspirasi dari keberanian dan keteguhan mereka. Mereka menunjukkan bahwa bahkan di tengah penjajahan yang kuat, mereka tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Perlawanan mereka adalah bagian penting dari sejarah Indonesia dan merupakan pengingat akan pentingnya kemerdekaan dan kemandirian.