Bagaimana Orde Baru Berkuasa? Sebuah Studi Kasus tentang Pemilu 1968

(302 votes)

Pemilu 1968 menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia, menandai konsolidasi kekuasaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Pemilu ini, yang seharusnya menjadi momentum demokrasi, justru dimanfaatkan untuk melanggengkan kekuasaan rezim yang baru lahir ini. Berbagai strategi dan manipulasi politik dijalankan, menjadikan Pemilu 1968 sebagai studi kasus menarik tentang bagaimana Orde Baru membangun hegemoninya. #### Peran Militer dalam Mengawal Orde Baru Salah satu kunci utama keberhasilan Orde Baru dalam Pemilu 1968 adalah peran sentral militer. Pasca peristiwa G30S, militer di bawah kepemimpinan Soeharto tampil sebagai kekuatan dominan, menguasai sendi-sendi penting negara. Pengaruh militer ini merembes hingga ke akar rumput, menjamin kontrol ketat terhadap jalannya pemilu. Dukungan terbuka militer terhadap Golkar, partai besutan Orde Baru, semakin mengukuhkan dominasi rezim ini. #### Pemanfaatan Kebijakan Massa untuk Kepentingan Politik Orde Baru juga piawai memanfaatkan kebijakan massa untuk mendulang dukungan. Program pembangunan yang digaungkan, seperti Repelita, berhasil menarik simpati rakyat yang mendambakan stabilitas dan kemajuan ekonomi. Program-program ini secara strategis dipromosikan sebagai buah karya Orde Baru, menciptakan citra positif di mata masyarakat. Strategi ini efektif mengalihkan fokus publik dari isu politik dan legitimasi rezim, menuju pada pencapaian konkret yang dirasakan langsung oleh rakyat. #### Pembatasan Ruang Gerak Politik Lawan Di sisi lain, Orde Baru juga menerapkan strategi represif untuk membungkam oposisi. Partai-partai politik di luar Golkar dibatasi ruang geraknya, dihadapkan pada tekanan dan intimidasi. Kebebasan berpendapat dan berserikat dikekang, membuat kritik terhadap pemerintah sulit disuarakan. Media massa berada di bawah kontrol ketat, berperan sebagai corong propaganda Orde Baru. Situasi ini menciptakan iklim politik yang mencekam, menghalangi munculnya kekuatan penantang yang efektif. #### Legitimasi Melalui Pemilu yang Diatur Pemilu 1968 sendiri jauh dari kata bebas dan adil. Berbagai kecurangan dan manipulasi terjadi secara sistematis, menjamin kemenangan telak bagi Golkar. Penghitungan suara diwarnai kecurangan, sementara partisipasi masyarakat direkayasa untuk menciptakan kesan dukungan yang besar. Hasilnya, Orde Baru berhasil meraih legitimasi politik melalui pemilu yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai demokrasi. Pemilu 1968 menjadi bukti bagaimana Orde Baru dengan cerdik memanfaatkan berbagai instrumen untuk melanggengkan kekuasaan. Mulai dari peran militer, kebijakan populis, hingga pembatasan ruang gerak lawan politik, semua diorkestrasi untuk membangun hegemoni Orde Baru. Pemilu ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya sistem demokrasi yang sehat, di mana pemilu dijalankan secara jujur dan adil sebagai cerminan kehendak rakyat.