Malam Gelap, Air Mata Tak Terbendung **
Senja mulai merangkak, menyapa langit dengan warna jingga lembut. Di dalam rumah, suasana terasa hening, hanya diiringi suara detak jam dinding yang berdetak pelan. Lia dan Sila, dua gadis kecil yang biasanya ceria, duduk terdiam di sofa, air mata mengalir deras di pipi mereka. Shani, kakak tertua mereka, menghampiri dengan lembut, tangannya terulur untuk mengusap air mata yang membasahi pipi adik-adiknya. "Kenapa kalian menangis, Lia? Sila?" tanyanya dengan suara lembut. Lia dan Sila hanya menggeleng pelan, isak tangis mereka semakin keras. Mereka tak bisa menjelaskan apa yang mereka rasakan. Rasa takut dan ketidakpastian menyelimuti hati mereka. "Mungkin mereka sedang merasa tidak nyaman," bisik Cindy, adik kedua mereka, dengan nada khawatir. Dokter telah mendiagnosis Lia dan Sila dengan kondisi yang unik. Mereka bisa berubah menjadi anak kecil kapan saja, di mana saja. Keadaan ini membuat seluruh keluarga selalu waspada. Mereka harus selalu membawa Lia dan Sila bersama mereka, kemanapun mereka pergi. Malam semakin larut, air mata Lia dan Sila tak kunjung berhenti. Shani, Jinan, Cindy, Celine, dan seluruh anggota keluarga lainnya berusaha menenangkan mereka. Mereka bergantian menghibur, bercerita, dan menyanyikan lagu-lagu kesukaan Lia dan Sila. Namun, tak satupun dari mereka yang mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Lia dan Sila menangis tanpa alasan yang jelas? Apakah mereka sedang merasakan sesuatu yang tak bisa mereka ungkapkan? Di tengah kegelapan malam, air mata Lia dan Sila terus mengalir. Mereka seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung. Keluarga mereka hanya bisa berharap, pagi akan datang dan membawa kembali keceriaan di wajah adik-adik mereka. Wawasan:** Kisah Lia dan Sila mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki tantangan dan kesulitannya masing-masing. Meskipun terlihat kecil dan polos, mereka memiliki perasaan yang kompleks dan membutuhkan perhatian serta kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya.