Pentingnya Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sila keempat dalam Pancasila, yaitu "Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan", memiliki nilai dasar yang sangat penting dalam sistem pemerintahan Indonesia. Nilai-nilai dasar dan instrumental sila keempat tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang memberikan landasan bagi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Nilai dasar sila keempat adalah kerakyatan, yang menekankan pentingnya kepentingan negara dan masyarakat. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, kekuasaan berada di tangan rakyat, yang diwakili oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa MPR terdiri dari anggota-anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan umum. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat, yang diwakili oleh para anggota MPR dan DPR. Selain itu, pasal 3 UUD 1945 memberikan wewenang kepada MPR untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat memiliki peran aktif dalam menentukan hukum dan kebijakan negara. Dalam hal pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, pasal 6A UUD 1945 menegaskan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum. Dalam hal tidak ada pasangan calon yang terpilih, dua pasangan calon dengan suara terbanyak pertama dan kedua akan dipilih oleh rakyat secara langsung. Selain itu, pasal 19 UUD 1945 menyatakan bahwa anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat memiliki peran dalam mengambil keputusan melalui perwakilan mereka di DPR. Nilai praksis yang terkandung dalam sila keempat adalah mengutamakan musyawarah untuk mengambil keputusan. Dalam sistem pemerintahan Indonesia, musyawarah menjadi prinsip penting dalam pengambilan keputusan. Tidak ada keputusan yang diambil secara sepihak, melainkan melalui musyawarah dan perwakilan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa kehendak rakyat dihormati dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, nilai praksis sila keempat adalah menerima hasil musyawarah dengan iktikad baik. Setelah melalui proses musyawarah, hasil keputusan yang dicapai harus diterima dan dijalankan dengan iktikad baik. Hal ini menunjukkan pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama dalam mencapai kepentingan bersama. Dalam kesimpulan, sila keempat Pancasila, yaitu "Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan", memiliki nilai dasar dan instrumental yang penting dalam sistem pemerintahan Indonesia. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang memberikan landasan bagi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Melalui musyawarah dan perwakilan rakyat, kehendak rakyat dihormati dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Penting bagi kita sebagai warga negara untuk memahami dan menghargai nilai-nilai tersebut, serta berperan aktif dalam proses demokrasi untuk mencapai kepentingan bersama.