Solusi Pengangkatan Honorer di Kutai Timur: Mengapa Mengubah TK2D Menjadi P3K adalah Pilihan Terbaik
Program pengangkatan honorer di Kutai Timur (Kutim) yang jumlahnya lebih dari 7000-an pada tahun 2021 bukanlah perkara yang mudah. Meski begitu, Pemerintah Kabupaten Kutim melalui komitmen dan kebijakan Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman terus berupaya merealisasikan tujuan tersebut. Salah satu solusi yang diambil adalah mengubah Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TK2D) menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Menurut Misliansyah, Kepala Badan Kepegawaian Pembinaan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kutim, komitmen Bupati Kutim adalah mengurangi jumlah tenaga honorer di Pemkab Kutim menjadi P3K atau PNS (Pegawai Negeri Sipil). Untuk mencapai tujuan ini, BKPSDM diperintahkan untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat guna mencari solusi mengurangi tenaga honorer di daerah. Pada tahun 2024, Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen P3K telah terbit, namun pengusulan oleh daerah masih belum diketahui. Setelah berkoordinasi kembali, ditemukan solusi untuk mengangkat TK2D menjadi P3K. Mengapa tidak mengangkat TK2D menjadi PNS? Hal ini dikarenakan pembatasan umur maksimal 35 tahun untuk menjadi PNS. Selain itu, saat itu Pemerintah Pusat masih melakukan moratorium penerimaan PNS. Kalaupun ada lowongan CPNS, tenaga honorer yang usianya sudah di atas 35 tahun biasanya kalah bersaing dengan pelamar umum yang baru lulus kuliah. Selain itu, penerapan passing grade atau ambang batas nilai juga membuat para honorer kalah bersaing. Oleh karena itu, opsi mengubah TK2D menjadi P3K merupakan pilihan yang paling memungkinkan dilakukan oleh Pemkab Kutim. BKPSDM Kutim kemudian melaksanakan tes penerimaan P3K, namun waktu yang tersedia terbatas, terutama untuk tenaga pendidikan seperti guru dan tenaga medis. Akibatnya, masih terdapat 4303 honorer yang bekerja di Perangkat Daerah atau staf pelaksana. Meskipun demikian, langkah ini tetap menjadi langkah maju dalam mengurangi jumlah tenaga honorer di Kutim. Dengan mengubah TK2D menjadi P3K, Pemkab Kutim dapat memberikan kepastian status dan hak-hak yang setara dengan PNS kepada tenaga honorer. Selain itu, langkah ini juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kutim, karena P3K memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih jelas dibandingkan dengan TK2D. Dalam kesimpulannya, mengubah TK2D menjadi P3K adalah pilihan terbaik dalam mengatasi permasalahan pengangkatan honorer di Kutai Timur. Meskipun terdapat kendala seperti pembatasan umur dan persaingan dengan pelamar umum, langkah ini tetap memberikan solusi yang memungkinkan dan memberikan kepastian kepada tenaga honorer. Dengan adanya langkah ini, diharapkan jumlah tenaga honorer di Kutim dapat berkurang dan kualitas pelayanan publik dapat meningkat.