Malam Kelabu di Usia 12 Tahun **
Udara dingin malam itu menusuk tulang. Ibu menunggu di depan pintu, jantungnya berdebar tak menentu. Pintu terbuka, dan di sana berdiri anak perempuannya, Alya, wajahnya pucat pasi. Alya terhuyung masuk, tangannya memegang erat sebuah plastik berisi test pack. Dua garis merah samar terlihat jelas di atas kertas putih. "Alya, kamu kenapa? Kenapa kamu baru pulang sekarang? Dan apa itu?" Ibu menatap Alya dengan tatapan penuh tanya dan kecemasan. Alya menunduk, suaranya bergetar. "Maaf, Bu. Aku ke hotel sama teman-teman. Aku minum sesuatu, dan sekarang aku mual." Ibu terkejut. Hotel? Minum sesuatu? Usia Alya baru 12 tahun! Pikiran buruk berputar di kepalanya. Kemarahan, kecewa, dan rasa takut bercampur aduk dalam dadanya. "Alya, kamu tahu ini salah! Kamu masih kecil! Kenapa kamu melakukan ini?" Ibu berteriak, suaranya bergetar menahan amarah. Alya menangis, menunduk semakin dalam. "Aku takut, Bu. Aku takut aku hamil." Ibu terdiam. Amarahnya perlahan mereda, diganti oleh rasa iba dan keprihatinan. Ia menarik Alya ke pelukannya, menenangkannya. "Tenang, Sayang. Kita akan mengatasi ini bersama. Kita akan pergi ke dokter besok." Malam itu, ibu menemani Alya di ranjangnya. Ia mencoba memahami apa yang terjadi, mencoba menenangkan hatinya yang bercampur aduk. Ia berjanji akan mendampingi Alya melalui masa-masa sulit ini. Catatan:** Kisah ini menceritakan tentang kecemasan dan keprihatinan seorang ibu yang mengetahui anaknya yang masih muda terlibat dalam situasi yang berbahaya. Kisah ini menekankan pentingnya komunikasi dan dukungan antara orang tua dan anak.