Aturan Ria dan Kekecewaan Gracia **
Ria, si bungsu, adalah sosok yang tegas. Ia memiliki aturan ketat untuk dirinya dan saudara-saudaranya, terutama soal pacaran. "Tidak boleh pacaran sebelum lulus kuliah," begitu aturan yang ia tetapkan. Aturan ini ia buat dengan penuh keyakinan, karena ia percaya bahwa fokus utama mereka adalah pendidikan. Namun, aturan Ria terusik ketika Gracia, kakak keduanya, melanggarnya. Gracia, yang dikenal ceria dan periang, diam-diam menjalin hubungan dengan seorang pemuda. Ria, yang sangat mencintai dan peduli pada saudara-saudaranya, merasa sangat kecewa. Ia merasa dikhianati dan aturannya diabaikan. Rasa sedih dan marah bercampur aduk dalam hatinya. Ria menarik diri. Ia enggan turun untuk makan bersama keluarga. Ia memilih untuk berdiam diri di kamar, merenung dan memikirkan apa yang terjadi. Ia merasa Gracia tidak menghargai aturannya dan tidak peduli dengan perasaannya. Kekecewaan Ria semakin dalam ketika Feni, kakak tertuanya, tidak berusaha memahaminya. Feni justru bersikap biasa saja dan menganggap aturan Ria terlalu ketat. Ria merasa semakin kesepian dan tidak berdaya. Dalam kesendiriannya, Ria bertanya-tanya, apakah aturan yang ia buat terlalu berlebihan? Apakah ia terlalu keras pada saudara-saudaranya? Namun, di sisi lain, ia juga merasa bahwa aturan itu penting untuk menjaga fokus mereka pada pendidikan. Di tengah kegalauan Ria, ia menyadari bahwa komunikasi adalah kunci. Ia harus berbicara dengan Gracia dan Feni, menjelaskan perasaannya dan mencari solusi bersama. Ia harus belajar untuk lebih memahami dan menerima perbedaan pendapat, serta belajar untuk memaafkan. Catatan:** Kisah ini menggambarkan konflik batin Ria sebagai seorang adik yang ingin melindungi saudara-saudaranya, namun juga harus belajar untuk menerima perbedaan dan memaafkan. Kisah ini juga menunjukkan pentingnya komunikasi dalam keluarga untuk menyelesaikan konflik dan membangun hubungan yang lebih kuat.