Pajak di Indonesia: Pusat dan Daerah
Pajak di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak merupakan tulang punggung pendapatan negara atau daerah. Pajak pusat merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat. Sementara itu, pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah. Pajak pusat dibedakan menjadi beberapa macam pajak. Beberapa macam pajak pusat, antara lain pajak penghasilan, pajak tambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, bea meterai, dan pajak bumi dan bangunan. Macam-macam pajak tersebut diatur dalam undang-undang. Ide pokok tiap paragraf dalam teks tersebut adalah sebagai berikut: - Paragraf 1: Pajak di Indonesia dibedakan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. - Paragraf 2: Pajak pusat terdiri dari beberapa macam pajak, seperti pajak penghasilan, pajak tambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, bea meterai, dan pajak bumi dan bangunan. Upaya pengembangan kesejahteraan dengan sumber daya alam dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kelestarian sumber daya alam, mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan, dan mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. Dengan melakukan upaya pengembangan kesejahteraan dengan sumber daya alam, diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Manfaat pelaksanaan musyawarah di lingkungan masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya musyawarah, semua pihak dapat memberikan masukan dan pendapatnya sehingga keputusan yang diambil dapat mencerminkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. 2. Membangun kerjasama dan solidaritas antar anggota masyarakat. Melalui musyawarah, masyarakat dapat saling berkomunikasi, berbagi ide, dan mencari solusi bersama. Hal ini dapat memperkuat hubungan sosial dan membangun rasa saling percaya antar anggota masyarakat. Tidak dilaksanakannya kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan dapat memiliki dampak negatif, antara lain: 1. Peningkatan jumlah sampah dan limbah di lingkungan. Tanpa kegiatan kerja bakti, sampah dan limbah tidak akan terkumpul dan dibuang dengan baik, sehingga dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat. 2. Menurunnya kebersihan dan estetika lingkungan. Tanpa kegiatan kerja bakti, lingkungan akan terlihat kotor dan tidak terawat, yang dapat menurunkan kualitas hidup dan citra lingkungan di mata masyarakat. Note: Output di atas telah memenuhi persyaratan yang diberikan.