Upaya Pemerintah dalam Menegakan Hak Asasi Manusia di Indonesi
1. Upaya Pemerintah dalam Menegakan HAM Pemerintah Republik Indonesia telah mengambil berbagai upaya untuk menegakkan hak asasi manusia (HAM) di dalam negeri. Salah satu upaya utama adalah melalui pembentukan lembaga-lembaga penegak hukum seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Badan Penyelidik UU No. 26 Tahun 2000. Komnas HAM berperan sebagai lembaga yang bertanggung jawab untuk mempromosikan, melindungi, dan menegakkan HAM di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai peraturan dan undang-undang yang berkaitan dengan perlindungan HAM, seperti UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Penghentian Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. 2. Acuan Pemerintah RI dalam Menegakan HAM Pemerintah Republik Indonesia dalam menegakan HAM mengacu pada berbagai instrumen hukum dan internasional. Salah satu acuan utama adalah Piagam Jakarta yang ditandatangani pada Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Piagam Jakarta mengakui pentingnya perlindungan HAM dan menekankan bahwa setiap negara memiliki tanggung jawab untuk menjamin dan melindungi HAM warganya. Selain itu, pemerintah juga mengacu pada berbagai instrumen hukum nasional dan internasional, seperti Deklarasi Universal HAM PBB, Convention on the Rights of the Child (CRC), dan Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW). 3. Pertimbangan Bangsa Indonesia dalam Penegakan HAM Bangsa Indonesia dalam penegakan HAM mempertimbangkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menekankan pentingnya menghargai dan melindungi HAM. UUD 1945 juga mengakui HAM sebagai hak asasi yang melekat pada setiap individu dan harus dilindungi oleh negara. Selain itu, bangsa Indonesia juga mempertimbangkan pentingnya membangun citra negara yang baik di mata dunia dalam penegakan HAM. Dengan menegakkan HAM, Indonesia dapat memperkuat citra negara sebagai negara yang menghargai dan melindungi HAM. 4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di RI menurut UU No 26 Tahun 2000 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM di Indonesia menetapkan mekanisme penyelesaian pelanggaran HAM. Menurut UU ini, pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dapat ditangani melalui pengadilan HAM. Pengadilan HAM memiliki yurisdiksi untuk menangani pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia, baik di tingkat perkara maupun di tingkat peradilan. UU ini juga menetapkan bahwa pelanggaran HAM yang terjadi di luar negeri tetapi terkait dengan warga negara Indonesia dapat ditangani oleh pengadilan HAM Indonesia. Selain itu, UU ini juga menekankan pentingnya kerja sama antara lembaga penegak hukum dalam penyelesaian pelanggaran HAM. 5. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional Mahkamah Pidana Internasional (ICC) memiliki yurisdiksi untuk menangani pelanggaran HAM, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. ICC berperan sebagai pengadilan internasional yang mengadili individu yang dituduh melakukan kejahatan tersebut. Yurisdiksi ICC berlaku terhadap negara-negara yang telah menerapkan undang-undang peningkatan yurisdiksi atau yang telah menjadi anggota Perjanjian Roma. ICC juga memiliki yurisdiksi untuk menangani kejahatan yang terjadi di luar negeri tetapi terkait dengan warga negara negara-negara yang menjadi anggota