Mengapa Pendidikan Masih Menjadi Tabu di Desa Isrul? **
** Isrul, seorang anak desa yang beruntung memiliki keluarga mampu, terpaksa menghadapi kenyataan pahit: pendidikan di desanya menjadi tabu. Meskipun kepala desa dan guru-guru berjuang keras mengubah pola pikir masyarakat, kenyataan menunjukkan bahwa pendidikan masih dipandang sebelah mata. Orang tua lebih memprioritaskan pekerjaan di sawah, kebun, dan peternakan daripada pendidikan anak-anak mereka. Mengapa pendidikan menjadi tabu di Desa Isrul? Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya. Pertama, kebiasaan dan tradisi turun-temurun yang menganggap pendidikan bukan kebutuhan utama. Orang tua lebih mementingkan anak-anak mereka membantu pekerjaan di ladang daripada bersekolah. Kedua, kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak. Mereka tidak melihat pendidikan sebagai jalan keluar dari kemiskinan dan keterbatasan. Ketiga, akses pendidikan yang terbatas dan kualitas pendidikan yang rendah di desa. Kurangnya fasilitas sekolah, guru yang berkualitas, dan biaya pendidikan yang mahal menjadi penghambat bagi anak-anak desa untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Pendidikan merupakan kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik. Tanpa pendidikan, anak-anak desa akan terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan keterbatasan. Mereka akan sulit bersaing di dunia kerja dan sulit untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, perlu ada upaya serius untuk mengubah pola pikir masyarakat di Desa Isrul. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di desa. Program penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan harus digalakkan. Fasilitas sekolah harus ditingkatkan dan guru-guru yang berkualitas harus direkrut. Semoga dengan upaya bersama, pendidikan di Desa Isrul dapat menjadi jalan keluar dari kemiskinan dan keterbatasan, dan anak-anak desa dapat meraih masa depan yang lebih cerah.